Katanya RI Resesi? Kok Rupiah Menguat?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 October 2020 09:10
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Faktor eksternal yang positif itu mampu menutup sentimen negatif yang beredar di dalam negeri. Kemarin, ada dua rilis data yang semakin memberi konfirmasi bahwa Indonesia sudah masuk zona resesi ekonomi.

Data pertama adalah Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur yang pada September berada di 47,2. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 50,8.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau di bawah 50 berarti kontraksi, di atas 50 berarti ekspansi.

Data kedua adalah inflasi, yang pada September tercatat -0,05% month-to-month (MtM). Ini menjadi deflasi ketiga dalam tiga bulan beruntun.

Kini, deflasi bukan mencerminkan kemampuan untuk menyediakan barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan, tetapi lebih karena amblesnya konsumsi. Padahal konsumsi adalah pilar penting dalam pembentukan output ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB).

Di Indonesia, konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari separuh PDB. Separuh nyawa perekonomian nasional adalah konsumsi rumah tangga. Deflasi yang menggambarkan kelesuan konsumsi rumah tangga membuat PDB mustahil tumbuh positif, yang ada malah negatif alias terkontraksi.

Dengan deflasi yang terjadi sepanjang kuartal III-2020, maka sepertinya PDB Tanah Air pada periode Juli-September akan negatif. Proyeksi terbaru Kementerian Keuangan untuk pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 adalah -2,9% hingga -1%.

Pada kuartal sebelumnya, Indonesia membukukan kontraksi ekonomi 5,32%. Jadi PDB Tanah Air mengalami kontraksi dua kuartal beruntun, yang merupakan definisi resesi.

Data resmi memang baru diumumkan pada awal November mendatang. Namun sepertinya Indonesia sudah resmi masuk resesi, bergabung dengan banyak negara lainnya di dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular