Hormat! Rupiah Sakti di Hari Kesaktian Pancasila

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 October 2020 09:15
Ilustrasii Dollar AS (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Ilustrasi Dolar AS (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

So, apa yang membuat rupiah bisa tetap perkasa? Sepertinya faktor eksternal lebih berperan.

Kebetulan dolar AS sedang melemah. Pada pukul 08:02 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,05%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini melemah 0,55%.

Sepanjang kuartal III-2020, Dollar Index anjlok sekitar 3,5%. Ini adalah koreksi kuartalan terdalam sejak kuartal III-2017.

Hari ini, pelemahan dolar AS didorong oleh optimisme investor terhadap stimulus fiskal terbaru di Negeri Paman Sam. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengungkapkan dirinya sudah berkomunikasi dengan Nancy Pelosi, Ketua House of Representatives (satu dari dua kamar legislatif di AS). Pemerintah mengajukan paket stimulus baru senilai US$ 2,2 triliun yang menunggu lampu hijau dari Kongres.

"Kami membuat banyak kemajuan dalam beberapa hari terakhir. Memang belum ada kesepakatan, tetapi kami akan terus bekerja," kata Mnuchin, seperti dikutip dari Reuters.

"Kami sudah menemukan hal-hal yang perlu klarifikasi lebih lanjut. Pembicaraan semacam ini akan terus berlanjut," tambah Pelosi. Rencananya House akan melakukan pemungutan suara untuk menggolkan paket stimulus terbaru pada Kamis waktu Washington.

Pelaku pasar pun bergairah. Stimulus akan memberi harapan pemulihan ekonomi di Negeri Adidaya, yang akan mendongrak kinerja ekspor negara-negara lain, termasuk Indonesia.

Pada kuartal II-2020, US Bureau of Economic Analysis melaporkan PDB AS terkontraksi -31,4% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized). Ini adalah rekor terendah sejak pemerintah mulai membuat catatan pada 1947.

Namun pada kuartal III-2020 ekonomi AS diperkirakan sudah bangkit. Bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang Atlanta dalam laman GDPNow menyebut, prakiraan pertumbuhan ekonomi AS untuk kuartal III-2020 mencapai 32%.

"Optimisme pulih karena berita stimulus. Kita butuh berita-berita positif. Setiap ada berita positif, pasar akan 'lompat'," ujar Amo Sahota, Executive Director Klarity FX yang berbasis di San Francisco, seperti dikutip dari Reuters.

Perkembangan ini membuat pasar berani mengambil risiko, tidak sekadar bermain aman. Sikap risk off seperti ini membuat aset-aset berisiko di negara berkembang ramai peminat, termasuk di Indonesia. Hasilnya, rupiah bisa 'sakti' pada Hari Kesaktian Pancasila.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular