Wall Street Dibuka Menguat Terbawa Optimisme Stimulus

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
30 September 2020 21:06
Trader Gregory Rowe, right, works on the floor of the New York Stock Exchange, Wednesday, Dec. 11, 2019. Stocks are opening mixed on Wall Street following news reports that US President Donald Trump might delay a tariff hike on Chinese goods set to go into effect this weekend. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Pasar Finansial Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka naik pada perdagangan Rabu (30/9/2020), menyusul ekspektasi bahwa stimulus fiskal bakal segera diteken di Kongres.

Indeks Dow Jones Industrial Average dibuka naik 250 poin pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB) dan 30 menit kemudian menjadi 309,9 poin (+1,1%) ke 27.762,55. Nasdaq tumbuh 98,3 poin (+0,9%) ke 11.183,55 dan S&P 500 naik 28,5 poin (+0,85%) ke 3.363,98.

"Saya bilang kita akan mencoba lagi lebih serius untuk menyelesaikan ini dan saya pikir ada harapan bahwa kita bisa menuntaskannya... ada alasan untuk berkompromi di sini," ujar Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dalam forum yang digelar CNBC International.

Penguatan juga terjadi setelah ADP merilis data lapangan kerja bulanan yang berujung pada tambahan pekerjaan untuk 749.000 orang pada September, atau di atas ekspektasi ekonom dalam survei Dow Jones yang memperkirakan angka 600.000.

Saham yang sensitive dengan kabar pemulihan ekonomi pun menguat, seperti maskapai penerbangan, bank dan kapal pesiar. Saham American Airlines dan United Airlines kompak naik di atas 3%. Di sisi lain, saham Boeing menguat 2,6%. JPMorgan, Goldman Sachs, dan Citigroup kompak menguat 1%.

Sebaliknya, saham Disney dibuka anjlok lebih dari 1% setelah perseroan mengumumkan rencana pemecatan 28.000 karyawan di divisi taman hiburan. Sepanjang September, indeks S&P 500 kehilangan 4,7%, berpeluang menjadi koreksi bulanan pertamanya sejak Maret. Indeks Nasdaq drop 5,9%, sedangkan Dow Jones ambruk 3,4%.

Pasar sempat bereaksi negatif terhadap debat perdana Presiden petahana Donald Trump dan calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden yang berisikan retorika tajam dan sikap non-kompromi, mengindikasikan bahwa pilpres Negara Adidaya tahun ini bakal panas.

Berdebat soal penunjukan Ketua Mahkamah Agung (MA), pengelolaan ekonomi, dan pandemi, Trump ketinggalan 6,1% terhadap Biden menurut polling RealClearPolitics. Menurut Daniel, debat perdana itu memunculkan kekhawatiran baru seputar ketakpastian politik.

Investor khawatir kemenangan Trump bakal berujung pada pemburukan ekonomi akibat perang dagang yang kian garang, tetapi kemenangan Biden juga memicu kekhawatiran kenaikan pajak korporasi yang bisa menekan laba bersih emiten AS.

Peluang ketakpastian politik kian terbuka setelah Trump dalam debat mengancam akan melawan jika dia kalah, karena dia meyakini kecurangan sedang terjadi. Pekan lalu, FBI di depan Senat mengatakan bahwa tak ada bukti sama sekali mengenai kecurangan tersebut.

Namun, perkembangan positif datang dari penanganan pandemi, di mana perusahaan farmasi Regeneron mengumumkan bahwa obatnya yang bernam REGN-COV2 bisa mengurangi tingkat viralitas virus corona dan memperbaiki kondisi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular