Benarkah Merpati Tak Akan Pernah Terbang Lagi?

Monica Wareza, CNBC Indonesia
30 September 2020 16:02
Merpati Airlines
Foto: Merpati Airlines (Istimewa gambar-transportasi.blogspot.com)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Badan Usaha MIlik Negara (BUMN) menyebutkan saat ini sudah terdapat 14 perusahaan yang telah masuk dalam pipeline untuk dilikuidasi bisnisnya. Hal ini dilakukan lantaran perusahaan-perusahaan tersebut dinilai sudha tak lagi memiliki nilai ekonomis lagi.

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan likuidasi perusahaan ini nantinya akan dilakukan melalui PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero)/PPA. Perusahaan ini akan ambil bagian untuk melakukan likuidasi ataupun mengelola BUMN lainnya yang dinilai masih bisa dipertahankan.

"Kalau memang tidak bisa dipertahakan maka ada kemungkinan tutup, digabungkan atau bentuk strategis," kata Arya dalam video yang diunggah dalam akun Matangasa Institute, dikutip Rabu (30/9/2020).

Dia menjelaskan, beberapa perusahaan yang dipastikan akan ditutup seperti PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) yang saat ini masih ada perusahaannya namun sudah tak lagi beroperasi sejak lama.

Lalu BUMN lainnya yang juga disinggung adalah PT Kertas Kraft Aceh (Persero) dan PT Iglas (Persero).

"... Bisa melikuidasi, merger perusahaan yang dead weight, ga bisa diapa-apain seperti Merpati yang sampai hari ini masih hidup padahal ga operasional lagi. Banyak perusahaan sepeti ini, Iglas, Craft Aceh," jelasnya.

Ini bukan pertama kalinya Kementerian menyinggung bakal melikuidasi Merpati.

"Anda tahu Merpati? Masih terbang nggak? Nggak. Tapi masih ada perusahaannya. Masih terbang nggak? Kalau soal pesawat ada, kalau nggak terbang kan nggak ada operasi, tapi masih ada Merpati," kata Arya, Sabtu (6/6/2020).

Merpati Nusantara Airlines (MNA) sempat ramai menjadi perbincangan publik Oktober tahun lalu, saat pelantikan kabinet Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Maskapai yang didirikan pada 6 September 1962 dan ditutup sejak 1 Februari 2014 itu memang sempat mendapat angin segar untuk menjalankan kini bisnis kargo udara kembali setelah pada Rabu (16/10/2019), manajemen Merpati meneken kerja sama dengan 10 perusahaan BUMN.

Secara B to B, Merpati bekerjasama dengan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) untuk pengiriman kargo udara. Namun Direktur Utama Merpati Airlines Asep Eka Nugraha ketika belum bisa memastikan kapan maskapai tersebut akan kembali mengudara.

"Enggak terkejar kalau tahun ini [terbang lagi]. Sertifikasi [dari Kementerian Perhubungan] itu kan panjang," kata Asep kepada wartawan di Kantor Kementerian BUMN, Rabu (16/10/2019).

Sebelum tutup 6 tahun lalu, Merpati awalnya cukup sukses melayani penumpang pesawat di Tanah Air sebelum masuknya maskapai bertarif murah alias LCC yang diawali dengan hadirnya Lion Air pada Juni 2000.

Pada awalnya, mengacu data Kementerian BUMN, Merpati hanya menawarkan layanan penumpang, lalu kemudian berkembang di bisnis layanan darat (ground handling) dan pelatihan awak dan pilot.

Selain itu, perseroan juga mendirikan Merpati Maintenance Facility (MMF) yang menyediakan perawatan dan perbaikan pesawat yang berbasis di Bandara Internasional Juanda, Surabaya, Jawa Timur.

Para 2015, jumlah karyawan Merpati di kantor pusat sebanyak 33 orang dan 152 orang di kantor cabang. Pada 2016, jumlah karyawan kantor pusat hanya 29 orang dan kantor cabang 132 orang.

Mengacu data kinerja BUMN periode 2015 (setahun setelah tutup), Merpati masih tercatat memiliki aset mencapai Rp 1,32 triliun, berkurang dari aset 2014 sebesar Rp 2,46 triliun dan pada 2012 sebesar Rp 2,79 triliun.

Ekuitas perseroan juga negatif hingga Rp 8,59 triliun dari tahun sebelumnya Rp 6,12 triliun, dan tahun 2012 negatif sebesar Rp 3,74 triliun. Sementara kewajiban Merpati pada 2015 yakni mencapai Rp 9,92 triliun dari 2014 yakni Rp 8,59 triliun dan 2012 sebesar Rp 6,55 triliun.

Sepanjang 2015, perseroan masih membukukan pendapatan Rp 43 miliar, amblas 64% dibandingkan dengan 2014 yakni Rp 121 miliar dan anjlok hingga 98% dari 2012 yang masih sebesar Rp 1,75 triliun.

Merpati mencetak rugi bersih Rp 2,48 triliun, membengkak 209% dari tahun sebelumnya Rp 803 miliar dan rugi bersih 2012 sebesar Rp 1,54 triliun.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Ada Kabar & Kesulitan Keuangan, Bagaimana Nasib Merpati?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular