Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham bergerak volatil perdagangan kemarin dan ditutup di zona merah pada perdagangan Senin (28/9/2020) menyusul koreksi saham-saham unggulan, di tengah jumlah kasus Covid-19 yang mencapai 33 juta di seluruh dunia dan mengakibatkan kematian mencapai 1 juta jiwa.
Setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka naik 0,35% ke 4.962,95, indeks acuan bursa nasional terpaksa anjlok 0,79% ke 4.906,54.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 673 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 6,3 triliun.
Nilai tukar rupiah bergerak bolak-balik antara penguatan dan pelemahan hingga pertengahan perdagangan Senin (28/9/2020). Tetapi selepas tengah hari, Mata Uang Garuda tertahan di zona merah hingga penutupan perdagangan. Dolar AS sebenarnya tidak cukup kuat pada hari ini, tetapi rupiah juga lesu.
Melansir data Refinitiv, rupiah dibuka menguat tipis 0,03% ke Rp 14.845/US$, tetapi tidak lama langsung melemah hingga 0,46% ke Rp 14.914/US$. Setelahnya, rupiah terus bolak-balik di antara Rp 14.840 sampai 14.850/US$ hingga pukul 12:00 WIB.
Setelahnya rupiah tertahan di level Rp 14.850/US$ hingga penutupan perdagangan, melemah 0,03%.
Koreksi IHSG dan rupiah terjadi bersamaan dengan jumlah penderita Covid-19 di seluruh dunia yang telah mencapai angka 33 juta, dan 1 juta di antaranya meninggal.
Di sisi lain, pelaku pasar mulai ragu bahwa ketersediaan vaksin mampu mengatasi persoalan pandemi ini dalam waktu singkat.
Pandangan skeptis ilmuwan soal vaksin diutarakan oleh Malik Eiris dan Gabriel M Leung dari School of Public Health The University of Hong Kong dalam laporan di jurnal Lancet, mereka mengatakan bahwa hidup normal kembali merupakan asumsi yang mirip ilusi.
Dia mempertanyakan efektivitas vaksin tersebut dalam membangun antibodi secara masal. Laporan terpisah juga menyebutkan risiko Antibody Dependent Enhancement (ADE) yang memungkinkan virus corona justru lebih kebal akibat terkena antibodi yang kurang efektif.
Sementara itu harga obligasi negara atau surat berharga negara (SBN) pada awal pekan ini (28/9/2020) ditutup bervariasi, karena selera risiko investor cenderung mixed menyusul kian panasnya politik Amerika Serikat (AS) di tengah kenaikan kasus virus Corona.
Tercatat SBN yang bertenor 1 tahun, 5 tahun, dan 20 tahun mengalami pelemahan harga. Sedangkan SBN dengan tenor 15 tahun dan 30 tahun mengalami penguatan. Adapun SBN tenor 10 tahun cenderung stagnan.
Beralih ke bursa efek acuan dunia negeri Paman Sam, Wall Street ditutup bervariatif pada penutupan dini hari tadi (29/9/20). Dow Jones terapresiasi 1,51%, S&P 200 naik 1,62%, kemudian Indeks Nasdaq terbang1,87% setelah pidato pidato Juru Bicara House of Representative Amerika Serikat, Nancy Pelosi membangkitkan kembali harapan paket stimulus corona.
Sektor finansia terutama banking menjadi pemenang pada perdagangan kemarin menyusuk harapan bahwa kongres dapat setuju terhadap stumulus yang menyebabkan ekspektasi investor bahwa laju pemulihan ekonomi dapat bertahan
Bank-bank besar asal AS seperti JP Morgan dan Bank of America melesat di atas 2% sedangkan Citigroup terbang di atas 3%..
"Kita dapat menyelesaikan hal ini," ujar Pelosi kepada MSNBC, yang dimaksud Pelosi dapat diselesaikan tentunya adalah rencana partai Demokrat untuk menerbitkan paket stumulus senilai 2,4 triliun US$ meski White House harus setuju meningkatkan pengeluaran.
Paket stimulus fiskal ini termasuk bantuan terhadap pengangguran, subsidi langsung kepada rumah tangga, bisnis kecil, dan pinjaman terhadap sektor penerbangan yang terpukul parah oleh corona.
Hal in menyebabkan saham-saham maskapai penerbangan juga berhasil terbang yang dipimpin oleh United Airlines dan Delta Airlines yang melesat di atas 5%.
Sentimen yang dinanti para pelaku pasar tentunya adalah debat pertama presiden AS Donald Trump melawan kandidat presiden dari partai Demokrat yakni Joe Biden dalam debat pertama dari tiga debat menuju kursi presiden. Pemilu di AS sendiri tinggal 36 hari lagi.
Debat pertama ini akan menjawab pandangan kedua calon terhadap kebijakan mengenai kesehatan di tengah pandemi corona yang mengacaukan keamanan negara dan imigrasi.
Trump juga mungkin akan mendapat pertanyaan mengenai pajaknya setelah media The New York Times merilis berita yang mengejutkan pada Minggu (27/9/20) yang menunjukkan bahwa selama 2 dekade presiden AS tersebut tidak membayar pajak dan hanya membayar US$ 750 ketika terpilih menjadi presiden.
Walaupun berita tersebut nampaknya tidak berefek terhadap pasar modal akan tetapi skandal-skandal selanjutnya tentu saja dapat berakibat buruk bagi pasar modal terutama apabila terjadi pada detik-detik akhir pemilu.
Pemulihan ekonomi juga siap disokong oleh dana yang sedang dinegosiasikan untuk digelontorkan oleh pemerintah AS yang akan menggelontorkan paket stimulus senilai 2,4 triliun US$ yang tentu saja akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memberikan dampak langsung terhadap pasar terutama sektor keuangan.
Data Indeks Keyakinan Konsumen AS juga akan dirilis besok, akan tetapi analis yang disurvei oleh Investing.com berekspektasi bahwa angka yang akan dirilis adalah 89,2 naik dari level sebelumnya yakni 84,8. Angka ini tentu saja penting untuk memprediksikan tingkat pengeluaran rumah tangga.
Dari dalam negeri, para pelaku pasar masih memantau perkembangan peningkatan kasus corona yang masih belum menemukan titik puncaknya. Terbaru, Kasus Covid-19 bertambah 3.509 orang, sehingga totalnya menjadi 278.722 orang, pada Senin (28/9/2020). Hasil positif tersebut ditemukan dari 32.189 spesimen yang selesai diperiksa hari ini.
Meskipun demikian aura positif dari bursa efek negeri Paman Sam, dan hijaunya bursa efek Benua Biru dimana FTSE di Inggris melesat 1,46% dan DAX di Jerman terbang 3,22% sepertinya dapat menjadi bahan bakar tersendiri agar IHSG dapat melesat.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Produksi Industri Korea Selatan Bulan Agustus (6:00 WIB)
- CPI Tokyo Bulan September (6:00 WIB)
- Penjualan Motor Indonesia Bulan Agustus (11:30 WIB)
- Sentimen Industri Uni Eropa (16:00 WIB)
- CPI Jerman Bulan September ( 19:00 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan ekonomi (kuartal II-2020 YoY) | -5,32% |
Inflasi (Agustus 2020 YoY) | 1,32% |
BI 7 Day Reverse Repo Rate (Agustus 2020) | 4% |
Defisit anggaran (APBN 2020) | -6,34% PDB |
Transaksi berjalan (kuartal II-2020) | -1,18% PDB |
Neraca pembayaran (kuartal II-2020) | US$ 9,24 miliar |
Cadangan devisa (Agustus 2020) | US$ 137,04 miliar |
TIM RISET CNBC INDONESIA