Review

RI Terancam Krisis Jarum Suntik, Siapkah Emiten Farmasi RI?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
25 September 2020 14:05
FILE - In this Monday, March 16, 2020 file photo, a patient receives a shot in the first-stage study of a potential vaccine for COVID-19, the disease caused by the new coronavirus, at the Kaiser Permanente Washington Health Research Institute in Seattle. On Friday, March 20, 2020, The Associated Press reported on stories circulating online incorrectly asserting that the first person to receive the experimental vaccine is a crisis actor. All participants who volunteered for the test were screened and had to meet a set list of criteria. They were not hired as actors to simulate a role. (AP Photo/Ted S. Warren)
Foto: Ilustrasi Vaksin (AP/Ted S. Warren)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) soal vaksin China membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat ke zona hijau hari ini, Jumat (25/9/202). Saham-saham farmasi pun melesat.

Kandidat vaksin China yang dikembangkan oleh Sinovac saat ini tengah menjalani uji klinis tahap akhir. Meski belum rampung vaksin ini telah diinjeksikan ke ribuan orang di China dalam kondisi darurat.

Sinovac mengatakan siap untuk mendistribusikan vaksin yang dikembangkannya awal 2021 nanti, termasuk ke Amerika Serikat (AS). Kemajuan soal vaksin China ini juga mendapat respons positif dari WHO.

"WHO bekerja untuk memastikan akses yang adil terhadap vaksin Covid-19 secara global, percaya bahwa ini adalah cara tercepat untuk mengakhiri pandemi dan mempercepat pemulihan ekonomi global. Vaksin China dapat membantu mewujudkan tujuan itu dalam waktu dekat karena beberapa vaksin telah terbukti berhasil dalam uji klinis," kata Swaminathan, dilaporkan televisi China CGTN, dikutip Jumat (25/9/2020)

Di dalam negeri, perusahaan farmasi pelat merah PT Bio Farma (Persero) merupakan mitra dari Sinovac dalam menjalankan uji klinis tahap akhirnya di Tanah Air.

Bio Farma adalah Holding BUMN Farmasi dengan anak usaha yakni PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Indofarma Tbk (INAF), dan cucu usaha PT Phapros Tbk (PEHA).

Kerja sama Bio Farma dan Sinovac memungkinkan RI memiliki akses ke vaksin China yang diberi nama CoronaVac itu. Dalam hal distribusi Bio Farma juga akan menggandeng KAEF serta INAF.

Namun untuk mewujudkan program vaksinasi masal di dalam negeri vaksin saja tidak cukup. Butuh infrastruktur dan sarana lain. Salah satunya adalah jarum suntik sekali pakai (disposable syringe).

Pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini membuat permintaan jarum suntik diperkirakan bakal naik signifikan, terutama nanti saat gelombang vaksinasi masal yang dijadwalkan tahun depan.

Permintaan yang sangat tinggi tetapi tidak diimbangi dengan pasokan yang memadai bakal memicu krisis. Inilah yang harus diantisipasi publik global.

"Apa yang telah kami sampaikan kepada pemerintah di seluruh dunia adalah, jika berencana melakukan program imunisasi untuk Covid-19, pemerintah perlu memesannya [jarum suntik] sekarang dan tidak menunggu sampai vaksinnya siap," kata Troy Kirkpatrick, juru bicara Becton, Dickinson & Co, lebih dikenal sebagai BD dilansir dari The Guardian, Sabtu (22/8/2020).

Bagaimana dengan nasib RI?

Apakah krisis jarum suntik juga akan terjadi di dalam negeri?

Hal ini sudah mencoba diantisipasi oleh pemerintah sehingga masyarakat tidak perlu khawatir lagi soal krisis jarum suntik.

INAF dikabarkan bakal memproduksi 100 juta jarum suntik tahun ini dan kapasitas produksinya bakal ditingkatkan sampai tiga kali lipat tahun depan.

Namun apabila melihat target pemerintah, maka rencananya ada 170 juta masyarakat RI yang bakal divaksinasi.

Dengan asumsi 1 orang butuh dua dosis dan 1 dosis sama dengan sekali suntik, maka butuh 340 juta dosis begitu juga dengan jarumnya. Tentu ini kalkulasi kasar yang belum memperhitungkan berbagai kendala dan kondisi lain.

Artinya RI butuh pasokan jarum suntik tambahan. Salah satu produsen jarum suntik nasional dengan kapasitas produksi besar dan sudah bersertifikasi WHO adalah PT Oneject Indonesia. Perusahaan ini terfokus pada produksi Auto Disable Syringes (AD) dengan pangsa pasar mencapai 90% di Tanah Air.

Menurut berbagai kabar PT Oneject bakal meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 1,2 miliar per tahun. Hal ini membuat salah satu emiten distributor alat medis PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) yang juga distributor jarum suntik Oneject berniat untuk mengakuisisinya.

Hal ini tentu akan menguntungkan banyak pihak apalagi di tengah kondisi pandemi Covid-19 seperti sekarang ini di mana IRRA juga berpeluang menjajaki kerja sama dengan Bio Farma untuk memasok jarum suntuk sekali pakai guna memenuhi kebutuhannya dalam hal vaksinasi masal.

Seperti diketahui, IRRA merupakan emiten distributor alat-alat medis mulai dari jarum suntik sekali pakai, produk screening test donor darah, alat USG, Rapid Test, APD hingga ambulan.

Dalam wawancara dengan CNBC Indonesia di acara Squawk Box Senin pekan ini, Direktur Keuangan IRRA Pratoto S Raharjo mengatakan bahwa pangsa pasar IRRA saat ini lebih banyak pada pengadaan dari tender-tender pemerintah yang biasanya naik pada kuartal ketiga dan keempat.

Kolaborasi antara pemerintah, BUMN dan swasta ini diharapkan mampu mendukung program vaksinasi masal Covid-19 di dalam negeri nantinya sehingga pandemi Covid-19 dapat ditekan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg) Next Article Permintaan Jarum Suntik ADS Vaksin Covid-19 Capai 111 Juta

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular