BPOM Restui Vaksin Bio Farma, Mana Saham Farmasi Termurah?

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan (BPOM) akhirnya menerbitkan izin penggunaan darurat (EUA, emergency use authorization) pada Selasa ini (16/2/2021) terhadap vaksin Sinovac yang diproduksi sendiri oleh PT Bio Farma.
Bio Farma adalah induk holding dari emiten-emiten farmasi BUMN seperti PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Indofarma Tbk (INAF), dan anak usaha Kimia Farma yakni PT Phapros Tbk (PEHA).
Jelang penutupan perdagangan Selasa ini, saham KAEF, INAF, dan PEHA kompak meroket.
Saham KAEF meroket 8,47% di Rp 3.970/saham, saham INAF melesat 9,67% di Rp 3.640/saham, dan saham PEHA naik 2,78% di Rp 1.480/saham.
Lantas bagaimana dengan rasio harga emiten farmasi saat ini? Mana emiten yang lebih murah?
Untuk melihat rasio harga Tim Riset CNBC Indonesia memakai dua 'senjata' yakni Price Earning Ratio (PER) dan Price to book value (PBV) yang biasa digunakan sebagai analisis fundamental untuk menilai saham suatu emiten.
PER merupakan metode valuasi yang membandingkan laba bersih per saham dengan harga pasarnya.
Semakin rendah PER maka biasanya perusahaan juga akan dianggap semakin murah. PER biasanya akan dianggap murah apabila rasio ini berada di bawah angka 10 kali.
Sementara PBV adalah metode valuasi yang membandingkan harga saham suatu emiten dengan nilai bukunya.
Semakin rendah PBV, biasanya perusahaan akan dinilai semakin murah. Secara Rule of Thumb, PBV akan dianggap murah apabila rasionya berada di bawah angka 1 kali.
NEXT: Siapa termurah sahamnya?