Ada SWF, Begini Analisa Broker Asing untuk Saham Konstruksi

Market - Putra, CNBC Indonesia
16 February 2021 14:43
Progres Konstruksi Jalan Tol Layang Dalam Kota Jakarta Ruas Kelapa Gading-Pulo Gebang Capai 71%. (Dok. Kementerian PUPR) Foto: Progres Konstruksi Jalan Tol Layang Dalam Kota Jakarta Ruas Kelapa Gading-Pulo Gebang Capai 71%. (Dok. Kementerian PUPR)

Jakarta, CNBC Indonesia - Analis sektor infrastruktur Indonesia dari UBS, Bob Setiadi memberikan rekomendari jual untuk tiga saham konstruksi milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN), tapi ada saham yang masih menarik menurut broker asing ini.

Ketiga saham yang masuk rekomendasi jual, yaitu PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT PP Tbk (PTPP), dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).

Padahal ada sentimen positif dari penunjukkan jajaran eksekutif Lembaga Pengelola Investasi (Sovereign Wealth Fund/SWF). Padahal lembaha ini bisa menjadi penolong mengurangi leverage perusahaan secara instan emiten konstruksi tersebut, serta membiayai pertumbuhan di masa mendatang.

Harga saham kontraktor BUMN sudah naik ratusan persen pada kuartal terakhir tahun 2020 dikerek oleh investor ritel melesat kencang jauh melebihi fundamental perusahaan. Sementara itu estimasi pertumbuhan order perusahaan di angka 36% dianggap terlalu optimis.

"Meskipun demikian UBS memprediksikan siklus kontrak pada tahun 2020-22 secara CAGR hanya akan bertumbuh 15%, karena asumsi pengeluaran modal yang akan pulih secara perlahan bagi BUMN," tulis Bob dalam riset tersebut. 

Mengenai rencana SWF Indonesia, menurut UBS, US$ 5 miliar yang akan diinjeksikan sebagai modal awal dari pemerintah dianggap cukup substansial untuk menghasilkan investasi di jalan tol. Menurut UBS jika WSKT jadi mendivestasikan tujuh ruas jalan tolnya di tahun 2021, kan menyebabkan rasio utangnya (DER) akan turun dari 2,8 kali menjadi 1,6 kali.

SWF sendiri merupakan salah satu lembaga yang lahir karena adanya Omnibus Law, yang berpotensi untuk mengurangi APBN dan pengeluaran modal BUMN untuk investasi di sektor infrastruktur.

Pemerintah Indonesia menyiapkan dana sebesar US$ 5 miliar dalam bentuk kas dan aset dari BUMN di tahun 2020-21 untuk modal awal SWF. Meskipun demikian ini hanya pertama dan terakhir, selanjutnya SWF akan didanai oleh investor swasta baik dari dalam maupun luar negeri, dan bukan dari surplus pendapatan negara.

Hal ini menyebabkan UBS melakukan kajian menyeluruh dan valuasi yang kompetitif agar dana tersebut menghasilkan return yang menarik. Menurut UBS, WSKT akan menjadi yang paling diuntungkan dari LPI karena leverage nya yang tinggi di sektor jalan tol (53% dari total aset di Q3 2020)

UBS mengangkat target harganya sekitar 21-89% pada kontraktor yang di cover oleh UBS, berdasarkan oleh deleveraging, valuasi anak usaha yang tinggi, dan penurunan diskon NAV.

UBS melihat potensi kenaikan yang kecil bagi saham konstruksi ini, karena pasar mengimplikasikan pada 2021 kontrak hanya akan menyentuh target dari menejemen, divestasi WSKT lebih rendah dari jalan tol IRR, dan valuasi yang mahal bagi anak usaha PTPP.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Dewas SWF Dilantik Jokowi, Saham Konstruksi to The Moon


(trp/trp)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading