
Rupiah Masih Lesu Nih, Belum Move On dari Isu Resesi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Namun sepertinya isu resesi ekonomi Indonesia sudah dilupakan pelaku pasar. Depresiasi rupiah lebih disebabkan oleh dolar AS yang memang sedang mendapat angin.
Pada Rabu (23/9/2020), US$ 1 dihargai Rp 14.750 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dengan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya alias stagnan.
Namun tidak lama kemudian rupiah masuk ke jalur merah. Pada pukul 09:14 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.760 di mana rupiah melemah tipis 0,07%.
Kemarin, rupiah mengakhiri perdagangan pasar spot dengan pelemahan 0,41% di hadapan dolar AS. Rupiah jadi mata uang paling lemah di Asia.
Salah satu isu yang membebani rupiah kemarin adalah proyeksi terbaru pemerintah soal pertumbuhan ekonomi. Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, mengungkapkan bahwa ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 kemungkinan mengalami kontraksi -1% hingga -2,9%.
Artinya, Indonesia akan sah dan meyakinkan masuk jurang resesi. Sebab pada kuartal sebelumnya Produk Domestik Bruto (PDB) Tanah Air juga terkontraksi -5,32%. Kontraksi ekonomi dua kuartal beruntun adalah definisi resesi.
Namun investor tidak mau terlalu lama larut dalam duka. Oke, PDB kuartal III-2020 memang kemungkinan besar negatif dan Indonesia mengalami resesi. Namun perlu dicatat bahwa PDB adalah salah satu data berjenis kelamin lagging indicators.
Dia baru diketahui setelah peristiwa terjadi. Begitu angkanya didapat, kejadiannya sudah berlalu, sudah basi.
Untuk menentukan langkah, pelaku pasar lebih menyukai leading indicators, data yang memberi gambaran kira-kira ke mana ekonomi akan melangkah. Ekspansif atau kontraktif.
Contoh leading indicators adalah Purchasing Manager's Index (PMI) dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Dua data ini bisa memberi kisi-kisi bagaimana dunia usaha dan rumah tangga memandang situasi ekonomi terkini dan beberapa bulan mendatang.
Pasar memang pasti merespons isu resesi, dan responsnya pasti negatif. Namun itu tidak akan lama, karena kemudian disadari bahwa itu semua sudah berlalu.
Tidak perlu lama-lama menyesali masa lalu, lebih baik menatap masa depan. Jadi biasanya memang reaksi pasar terhadap isu resesi tidak akan bertahan lama.
