
Banjir Sentimen Positif, CPO Sudah Dekati RM 3.000/Ton

Jakarta, CNBC Indonesia - Kemarin bursa Negeri Jiran libur memperingati hari nasional Malaysia. Saat buka kembali hari ini Kamis (17/9/2020), harga minyak sawit mentah (CPO) ditransaksikan menguat cukup tinggi.
Pada 10.25 WIB, harga CPO untuk kontrak pengiriman Desember 2020 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange naik 2,2% ke RM 2.973/ton. Harga CPO telah pulih ke level sebelum pandemi dan kini semakin dekati level psikologis RM 3.000/ton.
Peningkatan harga hari ini dipicu oleh beberapa sentimen positif. Pertama adalah ekspor minyak sawit Malaysia yang dilaporkan naik 12% untuk periode 1-15 September dibandingkan periode yang sama bulan sebelumnya.
Sentimen positif kedua datang dari pergerakan harga minyak nabati lain yang juga mengalami apresiasi signifikan. Reuters melaporkan harga minyak kedelai dan sawit kontrak yang aktif ditransaksikan di Bursa Komoditas Dalian naik masing-masing 3,2% dan 2,81%.
Pelemahan ringgit Malaysia terhadap dolar juga memberi ruang untuk harga CPO naik lebih tinggi. Di arena pasar spot ringgit terdepresiasi 0,34% terhadap dolar AS. Pelemahan ringgit sebagai mata uang CPO dibanderol membuat harga komoditas ini menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain.
Namun output minyak sawit untuk beberapa bulan mendatang diperkirakan bakal lebih tinggi seiring dengan memasuki musim puncak produksi bulan September-November di Malaysia dan Indonesia.
Kenaikan produksi ini berpotensi membuat hargaCPO terkoreksi. Jika melihat produksi Indonesia yang cenderung stagnan dan bahkan drop pada paruh pertama tahun ini akibat kekeringan panjang serta penggunaan pupuk yang lebih rendah serta dibarengi dengan adanya masalah kekurangan tenaga kerja di Malaysia, sepertinya harga tidak akan terkoreksi banyak.
Di sisi lain faktor program penggunaan biodiesel (B40) di Indonesia yang bakal menyerap pasokan domestik juga akan menjadi pendongkrak demand. Kemungkinan adanya fenomena La Nina juga patut diantisipasi.
Pasalnya La Nina yang moderat akan cenderung mendukung produksi komoditas agrikultur. Namun La Nina yang ekstrem bisa memicu terjadinya banjir dan penurunan kualitas panen. Pada akhirnya disrupsi dari sisi pasokan terjadi dan berpotensi mendongkrak harga naik lebih tinggi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Kabar Buruk dari Malaysia, CPO Berpotensi Tertekan Besok