Bos Medco: Industri Migas Harus Siap Harga Minyak Cuma US$ 40

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
14 September 2020 15:37
Harga Minyak Lesu, Industri Migas Lirik Potensi Akuisisi Aset Murah (CNBC Indonesia TV)
Foto: Harga Minyak Lesu, Industri Migas Lirik Potensi Akuisisi Aset Murah (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia tahun ini tertekan cukup dalam terutama karena menurunnya permintaan energi sebagai dampak dari pandemi Covid-19, sehingga industri hulu migas harus siap dengan risiko harga minyak bertengger di level yang tidak begitu tinggi.

Direktur Utama PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) Hilmi Panigoro mengatakan kunci dari membaiknya harga minyak dunia adalah pemulihan ekonomi. Menurutnya pemulihan ekonomi akibat Covid-19 pada 2020 ini kemungkinan belum terjadi.

Menurutnya permintaan minyak masih belum meningkat, sehingga diproyeksikan harga minyak masih akan lemah di kisaran US$ 35-US$ 40 per barel atau paling tinggi di kisaran US$ 45 per barel.

"Kalau tahun 2020 unfortunately karena mungkin recovery (pemulihan) Covid-19 belum terjadi, saya melihat demand (permintaan) ini masih belum meningkat. Jadi mungkin (harga minyak) masih lemah antara US$ 35-US$ 40 per barel, paling tinggi US$ 45 per barel," paparnya dalam wawancara khusus bersama CNBC TV Indonesia, Senin, (14/09/2020).

Lebih lanjut dia mengatakan, ada hal-hal yang bersifat non fundamental yang bisa mempengaruhi harga minyak, seperti kesepakatan negara-negara pengekspor minyak (OPEC) untuk memotong produksi. Jika kesepakatan ini dilakukan dengan serius, maka diperkirakan akan berdampak pada kenaikan harga di akhir tahun ini, meski sedikit.

"Tapi tetap yang paling fundamental yaitu economy recovery (pemulihan ekonomi) dan akhirnya pengaruhi harga migas dan demand kembali (normal)," tegasnya.

Hilmi membenarkan jika belum adanya tanda-tanda berakhirnya pandemi, ditambah lagi dengan adanya potensi resesi ekonomi, ini akan berdampak pada pemulihan ekonomi menjadi lebih lama lagi. Oleh karena itu, dia mengatakan perusahaan minyak harus selalu bersiap dengan kondisi terburuk.

Misalnya harga minyak di sekitar US$ 40 per barel atau bahkan di bawahnya, perusahaan migas harus tetap menjaga struktur biaya agar bisa kompetitif dan margin terus terjaga.

"Saya kira begitu (recovery lebih lama), kita tentu berharap terbaik sebagai perusahaan kita selalu bersiap-siap kondisi terburuk, jadi misalnya harga minyak di sekitar US$ 40 per barel atau di bawahnya harus tetap jaga struktur biaya kompetitif dan terus menjaga margin," tuturnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Medco Buka-bukaan Soal Dampak Penurunan Harga Minyak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular