
Harga Minyak Amblas, Medco Tunda Rencana Ekspansi
Daniel Formen & Anisatul Umah, CNBC Indonesia
24 April 2020 15:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Hampir seminggu dunia bisnis dihebohkan dengan harga minyak global yang amblas bahkan bergerak minus. Anjloknya harga minyak ini membawa dampak bagi Medco Energi Internasional (MEDC) yang harus menunda rencana ekspansinya.
Dalam program Squawk Box CNBC Indonesia (24/4/2020) Direktur Utama Medco Energi Internasional, Hilmi Panigoro menyebut anjloknya harga minyak telah memberi dampak pada penurunan kinerja dan pendapatan perusahaan, sehingga langkah penundaan ekspansi dan beberapa proyek dinilai perlu untuk memperkecil dampak negatif dari anjloknya harga minyak tersebut.
Hilmi mengatakan saat ini perseroan tengah fokus bertahan di tengah ketidakpastian harga minyak akibat pandemi Covid-19, dibanding meneruskan rencana ekspansi perseroan. Menurutnya, dalam situasi ini perseroan dituntut untuk konservatif.
"Sebetulnya awalnya kita melakukan fundraising, kita sudah siap untuk ekspansi. Tapi keadaan seperti ini, kita harus waspada dan jeli, jadi fokus kita ga di situ (ekspansi) sekarang. Kita harus konservatif", ungkapnya.
"Fokus Medco saat ini adalah memastikan fundamental operasional maupun finansial kuat menghadapi badai ini,"tuturnya.
Soal kinerja Medco, kata Hilmi, mulanya di tahun ini produksi diproyeksi 110 ribu barel setara minyak per hari (bopd). Namun melihat kondisi harga minyak yang anjlok, target dikoreksi menjadi sekitar 100 sampai 105 ribu bopd. Ia menyebut angka ini tidak begitu jauh dengan tahun 2019, namun dengan harga minyak yang jauh lebih rendah.
"Tahun 2019 saya nggak mau dahului hasil audit, produksi sampai akhir stabil dan harga stabil kalau pakai angka proforma di 9 bulan Ebitda US$ 600 juta, tinggal diproyeksikan sampai akhir tahun, tidak terlalu banyak berubah," jelasnya.
Terkait akuisisi Ophir Energy Plc, Hilmi menyebut baru mulai aktif pada pertengahan tahun ini, dari sisi produksi bertambah dari 80 ribu menjadi 105 ribu bopd. "Tambahan dari segi produksi 20% kurang lebih," ungkapnya.
Medco mengaku optimis bisa menghadapi tubulensi ini dengan baik, karena krisis yang dihapi Medco tidak hanya kali ini saja. Organisasi, imbuhnya, selalu menyiapkan skenario terburuk. Jika pandemi ini bisa selesai pada Juli atau Agustus maka tahun 2021 akan rebound.
Ia mengaku saat ini belum bisa memprediksi kapan perseroan akan melanjutkan rencana ekspansi tersebut, mengingat saat ini global tengah diterpa pandemi Covid-19 yang kian mengganas.
"Kalau pandemi ini sudah selesai, nanti kita bicara lagi soal ekspansi", jelasnya.
Adapun pada tahun ini perseroan telah menyiapkan belanja modal capital expenditure (capex) sebesar US$ 340 juta yang sebagian besar dialokasikan untuk pengembangan bisnis melalui ekspansi internal maupun eksternal.
Ekspansi internal dilakukan melalui pengembangan aset eksisting seperti pengembangan proyek Blok B, penyelesaian proyek Phase 4B di Bualuanga Thailand, dan proyek pengembangan gas Meliwis di Jawa Timur.
Selain itu, perseroan juga sedang menjalankan proyek pengembangan di Meliwis dan Buntal 5 dan South Natuna Sea Block B, proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Riau, dan proyek Tambang Batu Hijau di PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT).
(gus) Next Article Harga Minyak Ambrol, Ini Curhat Bos Medco Soal Bisnisnya!
Dalam program Squawk Box CNBC Indonesia (24/4/2020) Direktur Utama Medco Energi Internasional, Hilmi Panigoro menyebut anjloknya harga minyak telah memberi dampak pada penurunan kinerja dan pendapatan perusahaan, sehingga langkah penundaan ekspansi dan beberapa proyek dinilai perlu untuk memperkecil dampak negatif dari anjloknya harga minyak tersebut.
Hilmi mengatakan saat ini perseroan tengah fokus bertahan di tengah ketidakpastian harga minyak akibat pandemi Covid-19, dibanding meneruskan rencana ekspansi perseroan. Menurutnya, dalam situasi ini perseroan dituntut untuk konservatif.
"Fokus Medco saat ini adalah memastikan fundamental operasional maupun finansial kuat menghadapi badai ini,"tuturnya.
Soal kinerja Medco, kata Hilmi, mulanya di tahun ini produksi diproyeksi 110 ribu barel setara minyak per hari (bopd). Namun melihat kondisi harga minyak yang anjlok, target dikoreksi menjadi sekitar 100 sampai 105 ribu bopd. Ia menyebut angka ini tidak begitu jauh dengan tahun 2019, namun dengan harga minyak yang jauh lebih rendah.
"Tahun 2019 saya nggak mau dahului hasil audit, produksi sampai akhir stabil dan harga stabil kalau pakai angka proforma di 9 bulan Ebitda US$ 600 juta, tinggal diproyeksikan sampai akhir tahun, tidak terlalu banyak berubah," jelasnya.
Terkait akuisisi Ophir Energy Plc, Hilmi menyebut baru mulai aktif pada pertengahan tahun ini, dari sisi produksi bertambah dari 80 ribu menjadi 105 ribu bopd. "Tambahan dari segi produksi 20% kurang lebih," ungkapnya.
Medco mengaku optimis bisa menghadapi tubulensi ini dengan baik, karena krisis yang dihapi Medco tidak hanya kali ini saja. Organisasi, imbuhnya, selalu menyiapkan skenario terburuk. Jika pandemi ini bisa selesai pada Juli atau Agustus maka tahun 2021 akan rebound.
Ia mengaku saat ini belum bisa memprediksi kapan perseroan akan melanjutkan rencana ekspansi tersebut, mengingat saat ini global tengah diterpa pandemi Covid-19 yang kian mengganas.
"Kalau pandemi ini sudah selesai, nanti kita bicara lagi soal ekspansi", jelasnya.
Adapun pada tahun ini perseroan telah menyiapkan belanja modal capital expenditure (capex) sebesar US$ 340 juta yang sebagian besar dialokasikan untuk pengembangan bisnis melalui ekspansi internal maupun eksternal.
Ekspansi internal dilakukan melalui pengembangan aset eksisting seperti pengembangan proyek Blok B, penyelesaian proyek Phase 4B di Bualuanga Thailand, dan proyek pengembangan gas Meliwis di Jawa Timur.
Selain itu, perseroan juga sedang menjalankan proyek pengembangan di Meliwis dan Buntal 5 dan South Natuna Sea Block B, proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Riau, dan proyek Tambang Batu Hijau di PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT).
(gus) Next Article Harga Minyak Ambrol, Ini Curhat Bos Medco Soal Bisnisnya!
Most Popular