Harga Minyak Ambrol, Ini Curhat Bos Medco Soal Bisnisnya!

Anisatul Umah & Daniel Formen, CNBC Indonesia
24 April 2020 13:45
Hilmi Panigoro/Wahyu Daniel/CNBC Indonesia
Foto: Hilmi Panigoro/Wahyu Daniel/CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Anjloknya harga minyak dunia di tengah pandemi corona (Covid-19) banyak berdampak pada bisnis migas yang penuh ketidakpastian. Direktur Utama Medco Energi Hilmi Panigoro buka-bukaan soal dampak anjloknya harga minyak ke bisnis Medco Energi.


Ia mengatakan setiap perubahan US$ 1 baik naik ataupun turun berdampak pada Ebitda perusahaan sekitar US$ 10 juta. Misalnya US$ 10 juta rata-rata dalam setahun, maka Ebitda akan turun US$ 100 juta.

"Namun perlu diingat Medco tidak sepenuhnya minyak, kita ada sekitar 60% produksi gas dan gas ini sebagian kontrak fix price secara alami kita terlindungi," ungkapnya, Jumat, (24/04/2020).

Strategi yang diambil Medco dalam menghadapi keadaan seperti ini yakni dengan mengontrol biaya sehingga margin keuntungan tetap terjaga. Dalam dua bulan ini Medco bekerja keras memastikan Opex benar-benar terjaga.

"Meskipun kemarin kita cukup efisien di level 10 juta barel ekuivalen, kita coba turunkan lagi ke level 9," paparnya.



Lebih lanjut ia mengatakan, Capex yang dimiliki mulanya sebesar lebih dari US$ 340 juta, namun sebagian dilakukan pemangkasan. Dampaknya beberpa proyek akan ditunda ke tahun berikutnya menunggu harga minyak naik.

Sedangkan untuk produksi, perseroan menurunkan target menjadi kisaran 100.00- 105.000 barel per hari dari yang semula sebesar 110.000 barel per hari. Adapun target produksi ini terdiri dari produksi minyak sekitar 33.000-38.000 barel per hari dan produksi gas sekitar 67.000 barel per hari. 

Soal proyeksi harga minyak kapan akan naik, Hilmi menyebut tidak ada satupun orang di dunia yang bisa memprediksi. Kalau anjloknya harga minyak karena perang harga antara Saudi, Rusia, maupun AS, biasanya kondisi tidak akan berlangsung lama, maksimal hanya tiga bulan.

Namun kondisi yang dihadapi saat ini jauh berbeda dengan adanya pandemi global. Tidak ada yang bisa pastikan kapan pandemi ini akan berakhir. Di mana pandemi ini berdampak pada anjloknya konsumsi bahan bakar minyak (BBM), bahkan di Jakarta saja seperti yang disampaikan PT Pertamina (Persero) sudah anjlok hingga 59%.

Begitu juga di dunia, demand minyak anjlok 20% dari produksi 100 juta barel. Artiya dari produksi minyak dunia, ada 20 juta barel yang hilang di pasar demandnya. Kondisi ini yang kemudian menyebabkan hanya minyak tertekan begitu keras.

"Kapan ini terjadi kenaikan lagi? Siapa yang bisa proyeksikan pandemi ini selesai. Itu kuncinya," paparnya.



[Gambas:Video CNBC]




(gus) Next Article Harga Minyak Amblas, Medco Tunda Rencana Ekspansi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular