
ECB Tak Ubah Kebijakan Moneter, Ini Aset yang Bakal Melesat

Sebelum pengumuman tersebut, penguatan euro menjadi sorotan pelaku pasar karena nilainya yang melesat ke level tertinggi dalam lebih dari 2 tahun terakhir. Reuters melaporkan indeks euro bahkan sudah berada di level tertinggi dalam 6 tahun terakhir.
"Penguatan euro sangat luar biasa, dan ECB harus merespon itu," kata Jim Caron, manajer fixed income portofolio di Morgan Stanley Investment Management, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (7/9/2020).
Dalam kondisi normal penguatan kurs euro mungkin tidak akan menjadi masalah, tetapi dalam kondisi ekonomi yang terpuruk tentunya bisa menjadi masalah serius.
Harga produk dari zona euro di pasar internasional tentunya menjadi lebih mahal, sehingga kurang kompetitif. Pemulihan ekonomi akan berjalan lambat, dan inflasi bisa tertahan di level rendah dalam waktu yang lama.
Pada Selasa (1/9/2020) lalu, euro menyentuh level US$ 1,2000 melawan dolar AS. Kali terakhir euro menyentuh US$ 1,2000 pada awal Mei 2018, artinya posisi tersebut merupakan yang tertinggi dalam lebih dari 2 tahun terakhir.
Setelah mencapai level tersebut, euro mulai berbalik melemah akibat "dicolek" oleh ekonom European Central Bank (ECB) Philip Lane. Selasa lalu, ketika kurs euro menyentuh level US$ 1,2000, Lane mengatakan nilai tukar euro-dolar AS "penting" dalam menentukan kebijakan moneter.
Pelaku pasar pun berspekulasi ECB akan melakukan intervensi verbal guna meredam penguatan euro. Ada juga yang memprediksi ECB akan mengumumkan tambahan PEPP.
Tetapi nyatanya Lagarde tidak terlalu cemas dengan kinerja impresif euro, dan hanya mengatakan akan memantau dengan cermat.
"Dewan Gubernur mendiskusikan apresiasi eurio, tapi seperti anda ketahui kami tidak mentargetkan nilai tukar. Tapi kami akan memantau hal tersebut dengan cermat," kata Lagarde.
Bisa ditebak, setelah pernyataan tersebut kurs euro langsung melesat setelah sebelumnya sempat merosot dalam 6 hari beruntun.
Ketika euro kembali menguat, maka indeks dolar AS akan kembali pada tren menurun. Dalam kondisi tersebut emas akan menjadi aset yang diuntungkan.
Harga emas memang menunjukkan penguatan sejak awal tahun ini akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang menyebabkan resesi, serta memaksa bank sentral menggelontorkan stimulus moneter.
Tetapi, harga emas baru mampu mencetak rekor tertinggi sepanjang masa kala indeks dolar AS merosot. Artinya, jika euro terus bergerak naik, indeks dolar AS akan menurun, dan emas kembali melesat.
Indeks dolar AS yang merosot juga bisa berdampak positif bagi mata uang negara emerging market seperti rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]