Investor Bersiap! Sudah Ada Bisik-Bisik ECB Kurangi Stimulus

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 April 2021 14:23
Bank Sentral Eropa ECB , european central bank
Foto: Bank Sentral Eropa (REUTERS/Kai Pfaffenbach)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) belum merubah kebijakan moneternya saat pengumuman kebijakan Kamis kemarin. Meski demikian, sudah ada bisik-bisik stimulus moneter akan mulai dikurangi di tahun ini.

ECB memberikan stimulus moneter dengan menetapkan suku bunga acuan 0%, dan program pembelian aset atau quantitative easing (QE).

Stimulus moneter, tidak hanya oleh ECB, tetapi juga bank sentral di berbagai negara merupakan bahan bakar utama pemulihan ekonomi yang mengalami kemerosotan akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19).

Sehingga kapan stimulus tersebut akan dikurangi akan menjadi perhatian pelaku pasar. Di Amerika Serikat (AS) contohnya, bank sentralnya (The Fed) sempat dispekulasi akan mengurangi nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) di akhir tahun ini sebab perekonomian Paman Sam yang pulih lebih cepat dari perkiraan.

Akibatnya, pasar finansial AS sempat mengalami gejolak beberapa waktu lalu, bahkan merembet ke pasar finansial global.

The Fed kemudian menenangkan pasar dengan menyatakan tidak akan merubah kebijakannya meski perekonomian AS pulih lebih cepat dari prediksi.
Bisik-bisik pengurangan stimulus moneter kini datang ke ECB.

Gejolak di pasar finansial AS beberapa waktu lalu membuat yield obligasi di Eropa mengalami kenaikan. ECB di bawah pimpinan Christine Lagarde pada bulan lalu menyatakan akan menambah nilai pembelian QE per bulan guna meredam kenaikan yield tersebut.

Meski nilai QE ditambah, tetapi semua tersebut masih dalam satu program yakni Pandemic Emergency Purchase Program (PEPP) senilai 1,85 triliun (US$ 2,2 triliun), yang berlaku hingga Maret 2022.

Data dari Deutche Bank menunjukkan di bulan Maret ECB melakukan pembelian aset senilai 74 miliar euro, naik dari bulan sebelumnya 53 miliar euro.

"Dewan Gubernur berharap pembelian aset di bawah PEPP di kuartal saat ini akan dilakukan dengan nilai yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan awal tahun ini," tulis ECB dalam keterangan resmi, sebagaimana dilansir CNBC International.

Nah, dengan yield obligasi yang mulai stabil, program vaksinasi yang terus bergulir, serta perekonomian yang mulai pulih, membuat bisik-bisik ECB akan mengurangi nilai QE di tahun ini akhirnya muncul.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Perhatian Tertuju ke bulan Juni


Para pelaku pasar melihat bulan Juni nanti kemungkinan akan ada perubahan atau setidaknya panduan kebijakan moneter ECB. Bisik-bisik di pasar menyebutkan beberapa anggota dewan ECB mulai berpendapat untuk mengurangi nilai QE.

Presiden ECB, Lagarde, kemarin menyatakan dalam rapat kebijakan moneter kali ini pembahasan tersebut belum ada, dan dikatakan masih "prematur".

Largerde menyatakan pengurangan stimulus atau tidak akan tergantung bagaimana perkembangan kondisi finansial di blok 19 negara tersebut.

Sebelum pengumuman kebijakan moneter kemarin, gubenur bank sentral Jerman, Jens Weidmann, menjadi salah satu yang bersikap hawkish.

"Langkah-langkah kebijakan moneter yang diambil dalam kondisi darurat tidak boleh dibiarkan berlangsung tanpa batas waktu" kata Weidman dua pekan lalu, sebagaimana dilansir Financial Times, Rabu (21/4/2021).

"Kebijakan harus tetap terkait dengan krisis, dan ketika pandemi berakhir kebijakan tersebut juga selesai", tambahnya.

Klaas Knot, gubernur bank sentral Belanda, bahkan lebih hawkish lagi dengan menyatakan pengurangan pembelian aset bisa dilakukan mulai kuartal III-2021.

"Jika inflasi dan pertumbuhan ekonomi naik seperti yang diperkirakan di semester II tahun ini, maka mulai kuartal III dan setelahnya kita bisa secara bertahap mengurangi nilai pembelian aset serta mengakhirinya sesuai dengan rencana di bulan Maret 2022," kata Knot.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular