Wall Street "Kebakaran" Lagi! Nasdaq & Dow Jones Ambles

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
11 September 2020 08:05
FILE -In this June 16, 2020 file photo, a sign for a Wall Street building is shown in New York. Earnings reporting season is about to get underway for big companies, and the forecasts are grim. Wall Street expects S&P 500 companies to report profits plunged by the most since the depths of the Great Recession during the second quarter. Earnings reports tend to matter deeply to investors because stock prices track the path of earnings over the long term.   (AP Photo/Mark Lennihan, File)
Foto: Wall Street (AP/Mark Lennihan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street, terkoreksi parah di penutupan perdagangan Kamis waktu AS (10/9/2020) atau Jumat pagi waktu Indonesia, setelah sebelumnya ditutup di zona hijau pada Rabu.

Data perdagangan mencatat, Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup 405,89 poin lebih rendah atau turun 1,45% menjadi 27.534,58.

Di awal sesi, Dow Jones sempat naik lebih dari 200 poin. Indeks S&P 500 pun terkoreksi 1,8% dan ditutup di level 3.339,19. Sementara Nasdaq Composite anjlok 2% menjadi 10.919,59 setelah melonjak 1,4%. Koreksi ini adalah penurunan keempat dalam 5 hari perdagangan bagi rata-rata indeks utama di Wall Street ini.

Penurunan harga saham terparah terjadi di sektor teknologi, di mana saham Apple merosot 3,3% setelah naik 2,7%. Tesla, yang sempat naik lebih dari 8%, ditutup naik hanya 1,4%. Saham Netflix, Microsoft, Facebook dan Amazon juga terkoreksi. Itu membuat saham sektor teknologi di Indeks S&P 500 turun 2,3%.

"Ini pasar yang rumit," kata Arian Vojdani, ahli strategi investasi di MV Financial, dikutip CNBC International

"Anda melihat ke atas satu detik dan pasar turun. Anda melihat ke bawah di detik lain dan Anda kembali ke atas."

"Investor tidak akan tertarik untuk mencoba dan trading sekarang ini," kata Vojdani lagi.

Sebelumnya saham-saham utama di Wall Street telah mencatatkan penurunan 3 hari beruntun, namun pada Rabu semuanya mencatatkan kenaikan, di mana S&P 500 mencatatkan hari terbaiknya sejak Juni.

Namun, jika melihat pergerakan dari penutupan 2 September sampai Selasa lalu, saham-saham sektor teknologi di S&P 500 telah terkoreksi 11,4%. Sementara Indeks S&P 500 turun hampir 7% selama periode yang sama.

"Kami yakin bahwa peralihan kembali dalam 5 minggu terakhir akan menempatkan setidaknya batasan sementara pada kemajuan kuat yang telah terjadi sejak Maret," kata Michael Shaoul, ketua dan CEO Marketfield Asset Management, dalam sebuah catatan.

"Ini bukan untuk mengatakan bahwa koreksi tidak dapat diubah, terutama jika sentimen utama pada rata-rata pergerakan dalam 50 hari berhasil bertahan di sesi mendatang, tetapi mungkin akan memakan waktu beberapa minggu sebelum level tertinggi 2 September dapat sepenuhnya diuji atau dilampaui."

Selain ketidakpastian di saham teknologi, sentimen negatif juga datang dari klaim pengangguran yang mengecewakan.

Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis mengatakan jumlah pelapor pertama kali untuk tunjangan pengangguran mencapai 884.000. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan klaim hanya mencapai 850.000.

"Pertumbuhan ekonomi akan pulih tajam di Q3 dan lagi di Q4 tetapi statistik pasar tenaga kerja ini masih menunjukkan jalan yang panjang dalam hal perekrutan," kata Peter Boockvar, kepala investasi di Bleakley Advisory Group.

[Gambas:Video CNBC]


(res/res)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Catat Kinerja Kuartalan Terbaik, Wall Street to The Moon

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular