
Dapat Tenaga Luar-Dalam, Rupiah Siap Ngegas ke Rp 14.450/US$

Selain kabar bagus dari dalam dan luar negeri, kabar bagus juga datang dari survei 2 mingguan Reuters.
Survei terbaru yang dirilis Reuters menunjukkan bahwa investor kini mulai mengambil posisi beli (long) terhadap rupiah, setelah mengambil posisi jual (short) dalam 4 survei beruntun atau dalam 2 bulan terakhir.
Survei dari Reuters tersebut menggunakan rentang -3 sampai 3. Angka positif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) terhadap dolar AS dan jual (short) terhadap rupiah, begitu juga sebaliknya.
Hasil survei yang dirilis pada Kamis (3/8/2020), menunjukkan angka -0,19 turun tipis dibandingkan hasil survei sebelumnya 0,43. Angka yang masih negatif mengindikasikan investor masih mengambil posisi beli rupiah, dan jual terhadap dolar AS.
Survei yang dilakukan Reuters tersebut konsisten dengan pergerakan di tahun ini. Dalam 2 bulan terakhir, saat investor mengambil posisi jual, rupiah mengalami pelemahan 2,68%.
Pada bulan Maret lalu, ketika rupiah mengalami gejolak, investor mengambil posisi jual (short) rupiah, dengan angka survei yang dirilis Reuters sebesar 1,57. Semakin tinggi nilai positif, semakin besar posisi short rupiah yang diambil investor.
Memasuki bulan April, rupiah perlahan menguat dan hasil survei Reuters menunjukkan posisi short rupiah semakin berkurang, hingga akhirnya investor mengambil posisi long mulai pada 28 Mei lalu. Alhasil rupiah membukukan penguatan lebih dari 15% sejak awal April hingga awal Juni.
Kini dengan investor kembali mengambil posisi beli, rupiah punya peluang untuk kembali menguat. Hasil survei Reuters tersebut menunjukkan investor mengambil posisi beli terhadap semua mata uang utama Asia, artinya dolar AS memang sedang kurang menarik bagi investor saat ini.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR mengakhiri perdagangan di US$ 14.730/US$ yang menjadi kunci pergerakan di pekan ini.
Level US$ 14.730/US$ merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
Sementara itu indikator stochastic kini bergerak naik tetapi masih cukup jauh dari wilayah jenuh beli (overbought).
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Seperti disebutkan sebelumnya, level Rp 14.730/US$ menjadi kunci pergerakan di pekan ini. Jika mampu menembus dan bertahan di bawah Rp 14.730/US$, rupiah berpotensi menguat ke Rp 14.600/US$, dan target selanjutnya ke Rp 14.450/US$ di pekan ini.
Sementara jika tertahan di atasnya, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.800/US$, hingga Rp 14.835/US$.
Bahkan ada risiko rupiah merosot menuju Rp 15.090 sampai 15.100/US$ yang merupakan Fib. Retracement 50%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]
