
Ekonomi AS Mulai Bangkit, Harga Minyak Mentah Malah Ambrol

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia ambrol sepanjang pekan ini akibat proyeksi permintaan yang masih suram. Serangkaian data ekonomi yang bagus dari Amerika Serikat (AS), konsumen minyak mentah terbesar di dunia, belum mampu mendongkrak kinerja si emas hitam.
Melansir data Refinitiv, minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) ambrol 6,67% ke US$ 39,77/barel. Level tersebut merupakan yang terendah sejak 9 Juli lalu. Sementara minyak mentah jenis Brent merosot 5,79% ke US$ 42,66/barel, juga terendah sejak 9 Juli.
Konsensus yang dihimpun oleh Reuters menyebutkan permintaan minyak global bakal turun tajam tahun ini di kisaran 8-10 juta barel per hari (bpd).
Sementara itu, laporan bulanan organisasi negara-negara eksportir minyak (OPEC) Agustus lalu memperkirakan permintaan minyak global anjlok 9,1 juta bpd menjadi 90,6 juta bpd.
Anjloknya permintaan ini membuat para analis memandang bahwa harga minyak mentah akan susah beranjak dari level US$ 40/barel, apalagi pada bulan Agustus lalu pemangkasan output yang dilakukan oleh OPEC, Rusia dan koleganya atau yang dikenal dengan OPEC+ hasil survei Reuters menunjukkan tingkat produksi OPEC+ naik 1 juta barel dibandingkan bulan sebelumnya.
Survei yang dilakukan terhadap 43 ekonom oleh Reuters memprediksi rata-rata harga minyak mentah acuan global Brent akan berada di US$ 42,75/barel tahun ini dan untuk outlook minyak mentah acuan AS yakni West Texas Intermediate (WTI) US$ 38,83/barel.
Di pekan ini, data ekonomi yang dirilis dari AS menunjukkan tanda-tanda pemulihan ekonomi, tetapi sayangnya belum mampu mendongkrak harga minyak mentah.
Data manufaktur AS yang melesat tinggi di bulan Agustus, Institute for Supply Management (ISM) kemarin melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur melesat menjadi 56 dari bulan Juli 54,2.
PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawah 50 berarti kontraksi, sementara di di atasnya berarti ekspansi.
PMI manufaktur bulan Agustus tersebut merupakan yang tertinggi sejak Januari 2019.
Selain data manufaktur, pasar tenaga kerja AS juga membaik. Departemen Tenaga Kerja AS Jumat lalu melaporkan sepanjang bulan Agustus perekonomian AS mampu menyerap 1,371 juta tenaga kerja, dengan tingkat pengangguran turun menjadi 8,4% dari sebelumnya 10,2%. Rata-rata upah per jam juga naik 0,4%.
Ekspansi sektor manufaktur yang meningkat dan membaiknya pasar tenaga kerja memunculkan harapan perekonomian AS bisa segera bangkit dari kemerosotan tajam.
Saat perekonomian bangkit, permintaan minyak mentah juga akan meningkat, tetapi para analis menilai peningkatan permintaan tersebut masih belum mampu menyerap kelebihan supply, sebab perekonomian AS masih jauh dari level sebelum diserang virus corona.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Mentah Ambrol 6% Lebih, Kabar Buruk bagi Dunia?