Minyak Mentah 'Ditelan' Corona, Harganya Jeblok!

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia jeblok sepanjang pekan ini hingga menyentuh level terendah dalam 6 pekan beruntun. Kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) yang kembali meningkat di Eropa menjadi pemicu jebloknya minyak mentah, sebab jika sampai lockdown kembali dilakukan, permintaan berisiko menurun.
Melansir data Refinitiv, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) sepanjang pekan ini jeblok 5,8% ke US$ 76,1/barel, sementara jenis Brent turun 4% ke US$ 78,89/barel.
Kenaikan kasus Covid-19 di Eropa sudah menjadi sorotan lagi. Organisasi Kesehatan Dunia (World Healt Organization/WHO) bahkan mengatakan 500.000 orang bisa meninggal hingga Maret tahun depan jika tidak segera mengambil tindakan guna meredam penyebaran virus corona.
Austria, sudah mengumumkan akan melalukan lockdown penuh mulai Senin besok hingga 12 Desember mendatang, bahkan bisa lebih panjang lagi. Akibat kasus yang terus menanjak, Austria kini mewajibkan warganya melakukan vaksinasi mulai Februari 2022.
"Fundamental pasar masih cukup bagus, tetapi lockdown kini jelas menjadi risiko yang bisa membawa minyak mentah turun, apalagi jika negara lainnya mengikuti langkah Austria," kata Craig Erlam, analis pasar senior di Oanda, sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat (20/11).
Erlam bahkan menyatakan harga minyak mentah kemungkinan masih akan turun lebih dalam lagi.
"Penurunan minyak hingga ke bawah US$ 80/barel akan memicu koreksi lebih dalam ke US$ 70/barel," tambahnya.
Selain itu, tekanan bagi minyak mentah datang dari Amerika Serikat (AS) setelah Presiden Joe Biden berencana melepas Cadangan Minyak Strategis (Strategic Petroleum Reserve/SPR).
Pertimbangan ini dibuat buntut dari OPEC yang menolak meningkatkan produksi minyak.
Pelepasan SPR bertujuan untuk menurunkan harga minyak mentah. Sebab tingginya harga energi memicu melesatnya inflasi di Amerika Serikat dan negara-negara lainnya.
Meski demikian, analis mengatakan melepaskan SPR hanya akan menghasilkan efek jangka pendek di pasar, karena tidak akan meningkatkan kapasitas produksi AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Kabar Gembira! Biang Kerok Kenaikan Pertamax Akhirnya Ambrol
(pap/pap)