Sentimen Campur Aduk, Investor Pilih Profit Taking di SBN

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
26 August 2020 19:14
business man financial inspector and secretary making report, calculating or checking balance. Internal Revenue Service inspector checking document. Audit concept
Foto: Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah bergerak variatif pada perdagangan Rabu (26/8/2020), yang menunjukkan sentimen investor cenderung mixed di tengah afirmasi pemerintah atas peluang resesi di kuartal II-2020.

Harga Surat Berharga Negara (SBN) jangka terpendek (bertenor 1 tahun) tercatat dibanting investor dengan kenaikan yield (imbal hasil) hingga 3,1%. Yield surat utang berlawanan arah dari harga, sehingga koreksi yield menunjukkan bahwa harga obligasi tersebut sedang menguat.

Sebaliknya, kenaikan harga tertinggi terjadi pada SBN berjatuh tempo 5 tahun yang terlihat dari penurunan yield surat utang berseri FR0081 ini turun 1,47%. Yield bligasi pemerintah bertenor 20 tahun juga tertekan yakni sebesar -0,11%.

Sementara itu, SBN bertenor 10 tahun yang menjadi acuan harga pasar obligasi tercatat naik 0,57% yang mengindikasikan bahwa harganya masih dalam tekanan.

Koreksi harga surat utang pemerintah terjadi setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani mengkui adanya risiko nyata bahwa pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2020 nakl negatif. Bahkan, menurut proyeksi Sri Mulyani pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 bisa negatif sampai 2%.

"Kalau kita lihat di kuartal III downside risknya ternyata tetap menunjukkan suatu risiko nyata. Untuk kuartal III outlooknya antara 0 dan negatif 2%," kata Sri Mulyani dalam konferensi persnya, Selasa (25/8/2020).

Meski demikian, sentimen positif berhembus hari ini dari pasar global dengan akurnya China dan Amerika Serikat (AS) untuk kembali menyelesaikan perang dagang yang mereka lancarkan tahun lalu.

Dalam pernyataan resmi, Kantor Perwakilan Dagang AS mengatakan bahwa kedua belah pihak membuat "kemajuan dan berkomitmen mengambil langkah yang diperlukan untuk memastikan kesuksesan kesepakatan dagang fase 1.

Kombinasi antara sentimen positif global dan sentimen negatif dalam negeri membuat investor memborong obligasi pemerintah bertenor panjang (20 tahun) untuk melindungi risiko. Sebaliknya, SBN bertenor 1 tahun dilepas di tengah bayang resesi.

Secara bersamaan, mereka juga merealisasikan keuntungan dengan melepas obligasi bertenor 10 tahun sehingga imbal hasilnya meningkat, meski tipis.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh! Vaksin & Stimulus AS Bikin Yield Obligasi RI jadi Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular