Dapat "Beking" Jerome Powell, Dolar AS Hajar Balik Rupiah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 August 2020 16:19
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berbalik melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (26/8/2020), padahal di pembukaan pagi tadi menguat cukup tajam. Dengan demikian, rupiah menghentikan laju penguatan di angka 3 hari beruntun. Dolar AS mampu bangkit hari ini jelang pidato ketua bank sentral AS, Jerome Powell, Kamis besok.

Melansir data Refinitiv, rupiah langsung menguat 0,41% ke Rp 14.550/US$ begitu perdagangan dibuka. Sayangnya, level tersebut menjadi yang terkuat intraday, penguatan rupiah perlahan terkikis hingga berbalik melemah 0,34% ke Rp 14.690/US$. Di penutupan pasar, rupiah berada di level Rp 14.670/US$, melemah 0,2%.

Meski pelemahan rupiah tak begitu besar tetapi cukup membuatnya menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di Asia.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 15:06 WIB.

Mata UangKurs TerakhirPerubahan
USD/CNY6,8953-0,24%
USD/IDR14.6700,20%
USD/INR74,3350,18%
USD/JPY106,27-0,08%
USD/KRW1.186,39-0,08%
USD/MYR4,16800,05%
USD/PHP48,525-0,03%
USD/SGD1,36810,02%
USD/THB31,33-0,38%
USD/TWD29,3580,00%

Sebelum hari ini, rupiah berhasil mencatat penguatan tiga hari beruntun, dan menjadi yang terbaik di Asia. Selama periode tersebut, rupiah berhasil menguat 1,42%. Penguatan yang cukup besar, ditambah dengan kembali melesat saat pembukaan perdagangan tadi, tentunya memicu aksi ambil untung (profit taking) yang membuat rupiah melemah.

Mata uang Garuda mendapat momentum penguatan sejak pekan lalu dari menipisnya defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD serta Bank Indonesia yang memberikan sinyal tidak akan memangkas suku bunga lagi.

Kemudian sejak awal pekan ini, hawa positif datang dari membaiknya sentimen pelaku pasar.

Membaiknya sentimen pelaku pasar tercermin dari penguatan bursa saham global, hal ini dipicu oleh bursa saham AS (Wall Street) yang mecetak rekor tertinggi sepanjang masa di hari Senin waktu setempat.

Selasa kemarin, indeks S&P 500 dan Nasdaq kembali mencetak rekor tertinggi, yang menjadi indikasi sentimen pelaku pasar masih bagus. Terbukti, rupiah langsung menguat di awal perdagangan, meski akhirnya mengendur.

Selain itu, dolar AS sebenarnya kembali dalam posisi terjepit. Indeks dolar AS kembali melemah 0,3% kemarin akibat data ekonomi Negeri Paman Sam yang mengecewakan. Masih di sektor properti, penjualan rumah baru pada Juli naik 13,9% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/MtM). Lagi-lagi melambat ketimbang Mei yang membukukan pertumbuhan 15,1% MtM.

Kemudian indeks harga properti residensial pada Juni 2020 naik 3,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Melambat dibandingkan kenaikan Juli yang sebesar 3,6% YoY.

Pembacaan awal Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) AS untuk periode Agustus adalah 84,8. Turun dibandingkan Juli yakni 91,7. Semakin jauh di bawah 100, yang menandakan konsumen belum percaya diri menghadapi situasi ekonomi saat ini dan beberapa bulan mendatang.

Data tersebut membuat indeks dolar AS melemah 0,3% pada perdagangan Selasa kemarin. Sementara pada perdagangan hari ini hingga sore, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut menguat 0,12% ke 93,131.

Bangkitnya dolar AS tak lepas dari ketua The Fed, Jerome Powell, yang akan berbicara besok di acara simposum Jackson Hole, acara tahunan yang dihadiri oleh menteri keuangan, bank sentral, akademisi, hingga praktisi di dunia finansial.

Powell akan berbicara mengenai "Monetary Policy Framework Review", sehingga kemungkinan besar akan berdampak signifikan terhadap dolar AS.

Dolar AS di tahun ini loyo, khususnya berhadapan dengan euro, dan mata uang Eropa lainnya. Sebabnya, pemulihan ekonomi AS yang diprediksi akan lebih lambat ketimbang Eropa, efeknya tentunya kebijakan moneter ultra-longgar (suku bunga rendah dan quantitative easing/QE) The Fed akan ditahan lebih lama.

Seandainya Powell memberikan indikasi kapan kebijakan ultra-longgar mulai diketatkan, dolar AS bisa mendapat tenaga untuk menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular