
Westpac Bank: Dolar Australia akan Terus Menguat hingga 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah dan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Rabu (26/8/2020).
Tidak hanya hari ini, Westpac Bank memprediksi dolar Australia akan menguat hingga tahun depan, khususnya melawan dolar AS. Ketika mata uang Kanguru menguat melawan the greenback, rupiah tentunya berisiko tertekan juga.
Westpac, adalah salah satu bank terbesar di Australia setelah mencaplok St.George Bank. Bank ini menjadi satu dari 'empat besar' bank di Australia, bersama NAB, ANZ, dan Commonwealth Bank.
Pada pukul 10:50 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.536,28, dolar Australia menguat tipis 0,04% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Di saat yang sama, dolar Australia menguat 0,11% ke US$ 0,7202.
Analis dari Westpac, Bill Evans memprediksi penguatan dolar Australia hingga tahun depan akan ditopang oleh kenaikan harga bijih besi, komoditas ekspor utama Australia, serta dolar AS yang masih lemah.
Mengutip harian The Young Witness, Evans melihat, dolar Australia yang saat ini di kisaran US$ 0,72 akan menguat ke US$ 0,75 di akhir tahun ini, dan mencapai US$ 0,8 di akhir tahun 2021. Fair value dolar Australia dikatakan berada di level US$ 0,78.
Ketika dolar Australia terus menguat, sementara pemulihan ekonomi Australia lebih lambat dari perkiraan, Evans menyebut hal tersebut akan menjadi ujian bagi bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) apakah akan mempertimbangkan mengintervensi mata uangnya atau menerapkan suku bunga negatif.
Dolar Australia kini berada di dekat level tertinggi sejak November 2018 melawan rupiah, sementara melawan dolar AS di dekat level tertingi sejak Februari 2019.
Dolar Australia mulai dalam tren menguat sejak pertengahan Maret lalu, hingga hari ini tercatat sudah menguat sekitar 20% melawan rupiah dan sekitar 25% melawan dolar AS.
Salah satu pemicu penguatan tersebut yakni RBA yang tidak mempermasalahkan posisi nilai tukar dolar Australia juga membuat harganya makin melambung.
Pada 22 Juli lalu, nilai tukar dolar Australia melawan dolar AS berada di atas US$ 0,7. Gubernur Lowe saat berbicara di hari itu mengatakan posisi nilai tukar dolar Australia sudah sesuai dengan fundamentalnya.
Nilai tukar dolar Australia dikatakan sesuai dengan fundamentalnya, artinya RBA tidak mengharapkan dolar Australia akan melemah untuk membantu perekonomian.
Tetapi ketika mata uangnya terus menguat tentunya akan menjadi masalah bagi perekonomian Australia, harga produk ekspor menjadi lebih mahal dan permintaan berisiko menurun.
Jika hal tersebut terjadi, maka seperti yang disebutkan Evans ada kemungkinan RBA akan melakukan intervensi untuk melemahkan kurs dolar Australia.
Kemungkinan tersebut membuat Rabobank memiliki prediksi berbeda dengan Wespac terkait nilai tukar dolar Australia.
Rabobank memprediksi dalam beberapa bulan ke depan dolar Australia akan melemah akibat RBA mulai tidak nyaman dengan pengutan mata uangnya.
"RBA kemungkinan tidak akan nyaman lagi dengan penguatan dolar Australia akibat risiko yang ditimbulkan ke perekonomian," kata Jane Foley, ahli strategi mata uang senior di Rabobank, sebagaimana dilansir Poundsterlinglive.com.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah
