
Ternyata Ini Penyebab NPL Tiga Bank BUMN Naik

Jakarta, CNBC Indonesia- Bank-bank pelat merah seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) pada semester I-2020 kompak mencatatkan kenaikan Non Performing Loan (NPL). Kenaikan ini merupakan salah satu dampak dari pandemi Covid-19, yang membuat aktivitas perekonomian terhambat akibat adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Misalnya saja BBRI secara konsolidasi membukukan NPL Gross 3,13%, naik dibandingkan semester I-2019 yakni 2,52%. Jika dibedah NPL Bank BRI saja, NPL BRI juga mengalami kenaikan dari 2,35% pada semester I tahun lalu, menjadi 2,98% pada tahun ini. Sementara NPL kredit BUMN naik tipis dari 1,03% menjadi 1,11% pada semester I-2020.
Berdasarkan catatan BRI, NPL disumbang oleh usaha menengah yang naik dari kredit korporasi yang meningkat dari 4,83% pada semester I-2019, menjadi 10,75% pada paruh pertama tahun ini. Segmen dengan NPL terbesar berikutnya yakni usaha menengah yang naik dari 5,61% menjadi 6,79% pada tahun ini. Sementara NPL kredit BUMN naik tipis dari 1,03% menjadi 1,11% pada semester I-2020.
Selanjutnya usaha kecil yang menyumbang 3,63% NPL pada semester I-2020, walaupun sebenarnya turun tipis dibandingkan periode yang sama tahun lalu dari 3,75%. Setelah itu NPL kredit consumer pun naik menjadi 1,5% pada semester I-2020 dari sebelumnya 1,35%. Sementara untuk kredit mikro NPL nya justru turun menjadi 1,18% dari sebelumnya 1,40% pada semester I-2019.
"(Kontributor NPL) sektornya sendiri yang terbesar masih di industri manufaktur yang ada debitur kita ada yang menjadi NPL sejak september tahun lalu," kata Direktur Manajemen Risiko Agus Sudiarto.
Sementara Bank Mandiri juga membukukan kenaikan NPL pada semester I-2020 menjadi 3,3%, mengalami kenaikan dari periode yang sama tahun lalu sebesar 2,6%. Berdasarkan catatan Bank Mandiri pada paruh pertama tahun ini 55,79%, dan kemudian segmen consumer sebesar 3,13% senilai 2,8%. Sementara UKM tercatat 1,51% segment NPL-nya, dan mikro 1,12%, serta korporasi 0,99%.
Kemudian secara formasi NPL, Bank mandri mencatatkan paling besar di commercial 6,96%, kemudian consumer 4,44%, mikro 2,8%, UKM 2,73%. Bank Mandiri juga mencatat beberapa segmen yang mengalami penurunan peringkat menjadi NPL seperti 55,7% lebih dari 90 hari jatuh tempo karena bunga pembaran dan 42,9% terlambat kurang dari 30 hari pembayaran bunga.
Setelah itu 55,1% berasal dari portofolio komersial dan 42,9% dari portofolio perusahaan. Penurunan kualitas kredit terjadi pada penambangan batu bara, manufaktur logam, manufaktur bahan baku. Sebanyak 57,1% merupakan pinjaman rupiah dan 42,9% dalam valuta asing, selainn itu 96,6% pinjaman ini merupakan modal kerja.
Sementara untuk NPL senilai 20,76 miliar di kuartal II-2020, dan tidak termasuk mikro dan konsumen. Sebanyak 63,1% lebih dari 90 hari jatuh tempo karena bunga pembayaran. Kemudian 79,3% merupakan nasabah komersial, 80% merupakan pinjaman modal kerja dan 15,1% pinjaman investasi.
Sektor-sektor yang menyumbang NPL seperti penambangan batu bara, manufaktur logam, distribusi perdagangan, dan 78,6% merupakan pinjaman rupiah. Kemudian pinjaman sebesar Rp 13,65 miliar diturunkan pada kategori SML dalam perhatian khusus, 62,5% berasal dari korporasi dan 31,2% merupakan pinjaman komersial.
Sektor terbanyak yang mengalami penurunan adalah perkebunan, real estat, perdagangan hotel dan restoran. Sebanyak 96,9% merupakan pinjaman rupiah dan 76,3% merupakan kredit investasi dan 23,1 merupakan pinjaman modal kerja.
Selain BBRI dan Mandiri yang mengalami kenaikan NPL, BNI juga mengalami hal yang sama di tengah pandemi ini. Pada semester I-2020 NPL BNI tercatat 3% dari sebelumnya 1,8% pada semester I-2020. Dari catatan BNI, berdasarkan segmen NPL terbesar dicatatkan oleh nasabah usaha menengah 6,7%, kemudian UKM 3,3%, consumer 2,9%, dan korporasi 2,2%, dengan total nilai Rp 16,49 miliar.
BNI juga mencatat peningkatan NPL di segmen usaha perdagangan, restoran, dan hotel dari 1,2% pada semester I-2019, menjadi 8,6% pada semester I-2020, sementara manufaktur dari 2,5% pada semester I-2019, menjadi 3,4% pada semester I-2020. Kemudian pertambangan dari 0,4% tahun lalu menjadi 3,2% pada paruh pertama tahun ini.
BNI juga berkomitmen menjaga kualitas aset di tengah perlambatan ekonomi terutama untuk perusahaan yang terkena covid-19. Pengembangan bisnis yang hati-hati dengan fokus pada risiko rendah portofolio, BUMN peringkat atas dan perusahaan swasta serta memperkuat implementasi spesialis industri proses penilaian dan manajemen portofolio.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kasus Harian di DKI Menurun, Jabar Ambil Alih Kasus Terbanyak