
Revisi RBB, BRI Patok Kredit Tahun Ini Tumbuh 5%

Jakarta, CNBC Indonesia- PT Bank Raykat Indonesia Tbk (BBRI) telah menyampaikan revisi rencana bisnis bank (RBB) kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Revisi ini terkait dengan dampak dari pandemi Covid-19 terhadap perlambatan ekonomi termasuk industri perbankan.
"Dalam situasi seperti ini kami harus merevisi rencana bisnis bank, dalam revisi RBB dilakukan revised down proyeksi, terutama penyaluran kredit. Tadinya tumbuh double digit, tetapi dalam revisi menjadi 4-5%," kata Direktur Utama BRI Sunarso dalam konferensi pers paparan kinerja kuarta II, Rabu (19/08/2020).
Bukan hanya kredit, BRI juga melakukan revisi target laba. Sunarso mengatakan pada 2019 BRI dapat membukukan laba Rp 34 triliun, dari laba tersebut BRI membayarkan dividen kepada pemerintah tahun ini Rp 11,6 triliun. Laba tahun ini akan dibayarkan dividen pada 2021 karena ada target penurunan laba pada RBB, maka target dividen pasti juga tidak sebesar itu.
"Kalau relatif besar berarti adalah dividen pay out rationya yang akan naik. Itu juga tidak masalah karena pemodalan kita CAR kita masih di atas 20%, dan ini cukup untuk mencover pertumbuhan dan risiko yang terjadi," kata Sunarso.
Dia juga mengatakan laba juga direvisi turun pada RBB, meski dia tidak merinci berapa besarannya. Jika semester I-2020 BRI mampu mencetak laba Rp 10,2 triliun, maka semester dua bukan berarti akan menjadi dua kali lipatnya karena risiko ke depan masih tinggi.
"Kalau sekarang Rp 10,2 trilun apakah dua semester menjadi Rp 20 triliun, ya tidak karena risiko ke depan masih tinggi. kalau punya pendapatan tidak semua dijadikan laba tapi juga menjadi bantalan risiko ketidakpastian yang mungkin terjadi," katanya.
Dalam kesempatan yang sama Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan revisi laba termasuk ke dalam revisi RBB yang diajukan kepada OJK, dan masih akan dilakukan audiensi pekan depan. Senada dengan Sunarso, semester II-2020 proyeksi laba tidak bisa semata-semata mengkalikan dua dari laba semester I-2020 karena harus dilakukan pencadangan mencover kemungkinan ketidakpastian.
"Secara eksplisit kami tidak bisa sampaikan disini... untuk mengcover ketidakpastian ya laba tidak bisa dua kali (dari Semester I). Jadi secara implisit seperti itu," kata Haru.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inovasi Digital, Strategi BRI Jaga Kinerja Kredit Konsumer