Jangan Harap Suku Bunga Rendah Terulang, Kecuali Krisis Besar!

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
17 May 2024 11:50
Ilustrasi Investasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Investasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tren suku bunga acuan rendah, seperti saat masa Pandemi Covid-19 tidak akan pernah lagi terjadi ke depan. Bahkan suku bunga kebijakan Bank Sentral AS The Federal Reserve atau The Fed tak akan lagi bergerak di level 0%-0,25% seperti saat masa Maret 2020-Mei 2022.

Hal ini diungkapkan oleh Country Lead Corporate Ratings Southeast Asia S&P Global Ratings, Xavier Jean. Menurutnya, suku bunga kebijakan The Fed, yakni Fed Fund Rate minimal hanya akan bergerak turun hingga ke level 2%-3%, dari saat ini di level 5,25%-5,50%.

"Perkiraan kami normal barunya akan berada di kisaran 2%-3% untuk Fed Fund Rate," kata Xavier dalam program Power Lunch CNBC Indonesia, dikutip Jumat (17/5/2024).

Tren suku bunga kebijakan rendah di AS itu sebelumnya juga pernah terjadi pada periode Desember 2008 hingga Maret 2017. Saat itu, suku bunga kebijakan di pertahankan The Fed di kisaran 0%-0,75%. Tren kebijakan suku bunga rendah ini terjadi setiap ada masa krisis keuangan.

"Jadi tidak akan dalam waktu dekat bisa kembali ke tren 0%. Kami tidak ada perkiraan itu kecuali ada krisis besar lagi," tegas Xavier.

Saat masa krisis Pandemi Covid-19 yang terjadi pada 2021, Bank Indonesia pun sempat memangkas suku bunga acuan BI Rate ke level terendahnya, yakni 3,5%. Level itu dipertahankan selama 18 bulan beruntun, dari Februari 2021 sampai Juli 2022.

Xavier menganggap, suku bunga rendah sebetulnya tidak sehat bagi perekonomian negara. Sebab, akan membuat perusahaan terbiasa dengan pendanaan yang sangat mudah dan murah, menyebabkan inovasi bisnis akan terhenti.

"Kalau melihat 25 tahun terakhir, rata-rata tren suku bunga sebenarnya berkisar 3%-3,5%. Jadi fakta bahwa Fed Fund Rate berada di titik nol untuk jangka waktu yang lama adalah hal yang aneh," ucap Xavier.

"Sekarang yang jadi masalah adalah perusahaan terbiasa dengan biaya pendanaan yang sangat rendah. Dan ini agak berbahaya bagi mereka karena Anda tidak diberi insentif untuk meningkatkan operasionalnya. Anda tidak diberi insentif untuk memikirkan kembali model bisnis Anda karena biaya pendanaan Anda sangat kecil dan margin Anda sangat dapat diprediksi," tegasnya.

Untuk mencapai level normal kebijakan suku bunga acuan itu, Xavier memperkirakan The Fed akan mulai memangkas Fed Fund Rate 250 basis points (bps) dalam dua tahu ke depan, dimulai dari pertengahan atau akhir 2025.

Proyeksi optimisinya dimulai dari akhir tahun ini sebesar 25 basis points. Tergantung seberapa cepat inflasi di Amerika Serikat turun ke level target The Fed di kisaran 2%.

"Jadi basis perkiraan kami masih 25 basis points pada Desember tahun ini. Jadi pemotongannya sangat-sangat kecil, dan kemudian sekitar 125 basis poin. Jadi tiga hingga empat kali pemotongan pada 2025, dan kemudian tiga kali hingga empat pemotongan lagi pada tahun 2026 untuk kembali ke level 2,5%," tutur Xavier.


(arm/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article OJK Tegaskan Insentif Restrukturisasi Kredit Dicabut per 31 Maret 2023

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular