
Pasar Batu Bara Tertekan, Adaro Pangkas Capex Jadi Rp 3,7 T

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Adaro Energy Tbk (ADRO) memangkas jumlah belanja modal (capital expenditure/capex) menjadi US$ 200 juta-US$ 250 juta atau setara Rp 2,96 triliun-Rp 3,70 triliun, dari jumlah capex yang ditetapkan di awal tahun yang mencapai US$ 300 juta-US$ 400 juta atau Rp 4,44 triliun-Rp 5,92 triliun.
Adapun EBITDA operasional atau laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi dari operasional pada tahun ini juga direvisi menjadi US$ 600 juta-US$ 800 juta, dari sebelumnya yakni US$ 900 juta-US$ 1,2 miliar.
Mahardika Putranto, Corporate Secretary & Investor Relations Division Head ADRO, mengatakan panduan EBITDA operasional pun disesuaikan untuk mencerminkan penurunan estimasi harga jual rata-rata yang diakibatkan oleh penurunan harga batu bara global.
"Setelah mengevaluasi rencana investasi untuk tahun ini, Adaro Energy dapat menurunkan panduan belanja modal [capex] dengan menentukan prioritas investasi dan akan terus berhati-hati serta berdisiplin dalam mengelola belanja modalnya," katanya dalam keterangan resmi, Selasa (18/8/2020).
"Walaupun belanja modal dikurangi, kami akan melanjutkan investasi yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang dan mempertahankan keunggulan operasional," tegasnya.
"Meskipun harus menghadapi volatilitas industri ini, kami percaya bahwa fundamental jangka panjangnya tetap baik dan model bisnis kami terbukti sukses dalam mengarungi pasang surutnya pasar batu bara. Di masa yang sulit ini, kami berfokus untuk mempertahankan keunggulan operasional dan marjin yang sehat, serta memberikan pasokan batu bara yang andal kepada para pelanggan," jelasnya.
Produksi dipangkas
Produksi batu bara Adaro Energy pada semester I-2020 mencapai 27,29 juta ton, atau turun 4% year-on-year (y-o-y). Volume penjualan batu bara pada periode ini mencapai 27,13 juta ton, atau turun 6% y-o-y.
Nisbah kupas Adaro Energy pada semester I-2020 tercatat 3,77x karena musim hujan yang panjang di wilayah operasi berdampak terhadap aktivitas perusahaan.
Sementara itu, dengan kondisi pasar yang kurang kondusif, mendorong perusahaan untuk merevisi panduan tahun 2020 khususnya poduksi menjadi 52 juta ton - 54 juta ton. Jumlah ini lebih rendah dari target di awal tahun yang ditetapkan untuk produksi tahun ini mencapai 54 juta-58 juta ton.
"Portofolio penjualan pada semester I-2020 didominasi oleh E4700 dan E4900 yang didukung oleh permintaan yang solid untuk jenis batu bara ini. Pasar Asia Tenggara meliputi 47% penjualan kami pada semester I-2020, dengan Indonesia dan Malaysia dengan porsi terbesar."
Dia menjelaskan, pada kuartal kedua 2020, pasar batu bara termal terdampak oleh pandemi Covid-19 secara lebih signifikan karena negara-negara pengimpor batu bara harus menghadapi dampak ekonomi yang besar.
Akibatnya, permintaan terhadap listrik, dan dengan demikian terhadap batu bara, kemudian anjlok, dengan peningkatan permintaan yang berskala kecil dan sporadis menuju akhir kuartal ini seiring pelonggaran "lockdown" yang dilakukan secara perlahan dan waspada.
Situasi ini menekan harga batu bara pada kuartal II-2020, dengan harga globalCOAL Newcastle turun ke rata- rata US$ 55,08 per ton, atau turun 19% secara q-o-q.
"Pasokan seaborne [batu bara impor, pasar internasional] pada 2Q20 bereaksi terhadap penurunan permintaan, sebagaimana tercermin pada langkah Australia dan Indonesia untuk mengurangi pasokan," katanya.
"Produksi batu bara Indonesia turun 5% yoy pada periode Januari-Juni akibat rendahnya permintaan baik di pasar domestik maupun seaborne, serta akibat turunnya harga. Secara bersamaan, volume pengiriman Australia menunjukkan tren yang menurun dari April sampai Juni."
Dia menjelaskan, pembangkit listrik termal China naik 6,5% y-o-y pada kuartal II-2020 berkat adanya stimulus ekonomi. Impor negara ini dari Januari sampai Juni mencapai 136 juta ton, atau setara dengan kenaikan 18 juta ton atau 15% dari periode yang sama tahun lalu.
Namun, tetap ada kekuatiran akan adanya pembatasan impor China sampai akhir tahun. Selain itu, aktivitas ekonomi dan permintaan batu bara India tetap lemah walaupun lockdown telah dilonggarkan sementara permintaan dari Korea Selatan dan Jepang pada semester I-2020 juga terdampak oleh penurunan pendapatan akibat pandemi dan terbatasnya pembakaran batu bara di musim dingin.
Di sisi lain, Vietnam telah melampaui impor batu baranya pada 2Q20 dibandingkan periode yang sama tahun lalu karena kapasitas PLTU-nya dan gelombang panas yang berkepanjangan yang terjadi di negara ini.
"Di tengah kondisi pasar yang lemah saat ini, perusahaan tetap yakin dengan fundamental jangka panjang pasar batu bara termal karena wilayah-wilayah seperti Asia Tenggara dan Asia Selatan terus mengupayakan peningkatan di sektor ketenagalistrikan," jelasnya.
Metalurgi
Selain itu, dia menjelaskan, pandemi Covid-19 juga terus berdampak terhadap pasar batu bara metalurgi. Harga Platts Premium Low Vol Hard Coking Coal (PLV HCC) turun ke US$ 115,00 per akhir Juni 2020 dari US$ 195,45 pada periode yang sama di tahun 2019.
Produksi baja mentah global turun 6% y-o-y pada periode Januari-Juni 2020, sehingga mendorong penurunan ekspor batu bara metalurgi Australia di kuartal II-2020, dengan total ekspor periode Januari - Mei berkurang 5% y-o-y.
Namun, pasar baja China sangat kuat dengan tingkat utilisasi tanur tiup (blast furnace) melambung sampai melebihi 90% pada bulan Mei 2020 berkat pemulihan ekonomi domestik, yang mendorong kenaikan sebesar 5% y-o-y pada impor batu bara metalurgi China pada semester I-2020.
"Walaupun permintaan dari negara lainnya di luar China masih lemah, kami mulai melihat tanda pemulihan setelah lockdown dilonggarkan. Untuk jangka panjang, kami memandang fundamental pasar batu bara metalurgi juga tetap kuat."
Sebagai perbandingan, tahun lalu, produksi batu bara Adaro Energy mencapai 58,03 juta ton, atau 7% lebih tinggi dari pencapaian produksi tahun 2018 dan melampaui target produksi pada 2019 yang ditetapkan sebesar 54-56 juta ton.
Produksi Adaro tersebut berasal dari PT Adaro Indonesia (AI), Balangan Coal Companies dan Adaro MetCoal Companies (AMC).
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Produksi Batu Bara Drop, ADRO Rogoh Capex Rp 4,2 T Tahun Ini