Harganya Susah Bangkit, Nasib Batu Bara Terlunta-lunta

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
18 August 2020 11:04
Coal piles are seen at a warehouse of the Trypillian thermal power plant, owned by Ukrainian state-run energy company Centrenergo, in Kiev region, Ukraine November 23, 2017. Picture taken November 23, 2017. REUTERS/Valentyn Ogirenko
Foto: REUTERS/Valentyn Ogirenko

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara termal acuan Newcastle masih susah untuk bangkit dari keterpurukan. Meski menguat kemarin, harga batu bara masih berada di rentang level terendahnya di tahun ini.

Selasa (18/8/2020), harga batu bara untuk kontrak yang aktif diperdagangkan menguat tipis 0,2% ke US$ 51/ton setelah sebelumnya berada di posisi US$ 50,9/ton.

Sepekan lalu, kabar buruk bagi pasar batu bara datang dari konsumen terbesarnya di dunia, yakni China, akibat kenaikan stok. Harga batu bara domestik China, yakni Qinhuangdao FOB, turun 1,7% untuk minggu ini menjadi RMB 562/ton pada Jumat.

Harga turun setelah persediaan batu bara di Qinhuangdao, pelabuhan trans-pengiriman utama di China Utara, meningkat 14% dari 5,09 juta ton pada akhir minggu sebelumnya menjadi 5,78 juta ton pada 7 Agustus.

Akibatnya China kemungkinan tak akan melonggarkan pembatasan impornya. Dampak pembatasan impor China pun sudah mulai terlihat sejak bulan Juli lalu ketika impor merosot tajam hingga 21% dibanding bulan sebelumnya.

Tak hanya di Asia, pelemahan pasar batu bara juga terjadi di Amerika Latin. Kolombia, di mana batu bara menjadi komoditas ekspor terbesar kedua, mencatat penurunan ekspor logam hitam itu. Reuters melaporkan bahwa ekspor Cerrejo, salah satu raksasa batu bara mereka pada semester I-2020 anjlok ke 9,5 juta ton atau yang terendah dalam 18 tahun.

Sentimen negatif lainnya juga datang dari AS. Energy Information Agency (EIA) memperkirakan konsumsi listrik Negeri Paman Sam bakal turun 3% tahun ini dibanding tahun lalu. Selain itu pangsa pasar batu bara juga diperkirakan turun.

EIA mengatakan pangsa pembangkit listrik menggunakan gas alam akan meningkat dari 37% pada 2019 menjadi 40% pada 2020 sebelum turun menjadi 35% pada 2021 mengikuti kenaikan harga gas. Baik nuklir maupun energi terbarukan akan menggantikan batu bara untuk pertama kalinya pada tahun 2020 ini.

Pangsa batu bara akan turun dari 24% pada 2019 menjadi 18% pada 2020 sebelum naik ke 22% pada 2021. Sementara itu pangsa nuklir naik dari 20% pada 2019 menjadi 21% pada 2020 dan 2021, dan penggunaan energi terbarukan naik dari 17% (2019) ke 20% (2020) dan 22% (2021).

Secara umum harga batu bara memang masih tertekan mengingat nasibnya juga masih terlunta-lunta.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Batu Bara Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular