
Data Manufaktur Ciamik, Harga Batu Bara Melesat 3%

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara ditutup menguat signifikan pada perdagangan Senin kemarin (3/7/2020). Selain karena faktor teknikal, harga batu bara juga mendapat sentimen positif dari membaiknya aktivitas manufaktur global.
Harga batu bara termal Newcastle untuk kontrak yang aktif diperdagangkan ditutup di US$ 54,3/ton, atau mengalami penguatan sebesar 3,04%. Harga batu bara mencoba bangkit dari keterpurukan.
Bulan Juli lalu, mayoritas negara anggota G20 melaporkan perbaikan aktivitas sektor manufakturnya. Hal ini tercermin dari kenaikan angka Indeks Manager Pembelian (PMI) manufaktur.
China sebagai konsumen batu bara terbesar di dunia mencatatkan kenaikan PMI manufaktur bulan lalu menjadi 52,8 dari sebelumnya 51,2. Masih dari Asia, Jepang juga mengalami nasib yang sama, meski masih kontraksi PMI manufaktur Jepang bulan lalu juga membaik dari 40,1 menjadi 45,2.
Sebagai salah satu negara dengan konsumsi batu bara terbesar setelah China, India dan Jepang, Korea Selatan juga menunjukkan adanya perbaikan kinerja di sektor manufakturnya. Bulan lalu angka PMI manufaktur Korea berada di 46,9 membaik dari bulan Juni sebesar 43,4.
Perbaikan tersebut seolah menunjukkan bahwa ekonomi mulai bergeliat dan menjadi sentimen positif untuk harga batu bara selain faktor teknikal lantaran harga sudah menyentuh level terendah.
Namun ketegangan antara Washington-Beijing dan juga Canberra-Beijing, masih patut terus dicermati selain perkembangan kasus infeksi Covid-19 di berbagai belahan dunia. Kedua hal ini merupakan risiko terbesar bagi pemulihan ekonomi global yang tentunya juga akan berdampak pada makin lesunya permintaan batu bara.
Beralih ke India, angka PMI manufaktur Negeri Boliwood pada bulan lalu justru menurun menjadi 46 dari bulan sebelumnya yang berada di angka 47,2. Ekonomi India juga terpuruk akibat pandemi Covid-19.
Hal tersebut membuat permintaan dari India menjadi terdampak. Namun ketersediaan gas alam dengan harga yang lebih murah membuat India beralih ke gas dari batu bara.
Reuters melaporkan konsumsi gas pada pembangkit listrik di India mencapai 104,83 juta standard meter kubik per hari (mmscmd) pada kuartal kedua tahun ini. Konsumsi gas naik 11,7% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu.
"Saya percaya bahwa ada peralihan dari batu bara yang terjadi dan impor batu bara untuk pembangkit listrik kemungkinan tidak kompetitif jika disandingkan dengan LNG (gas alam cair)" kata Vivek Mittal general manager untuk pemasaran di Petronet dalam sebuah conference call sebagaimana dikabarkan Reuters.
Pada saat yang sama penjualan batu bara di India juga anjlok ke level terendah dalam 4 tahun. Impor batu bara untuk sektor pembangkit listrik di India juga melemah dalam periode 7 tahun terakhir.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Batu Bara Kembali Menguat