Malaysia Resmi Resesi, Cek Kurs Ringgit Hari Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Negeri Jiran Malaysia, menjadi korban virus corona yang terbaru, perekonomiannya nyungsep di kuartal II-2020. Tetapi kurs ringgit Malaysia justru masih perkasa.
Pada pukul 12:46 WIB, ringgit menguat 0,37% melawan rupiah ke Rp 3.517,27/MYR di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak 30 April.
Sementara itu melawan dolar AS, ringgit nyaris stagnan di 4,193/US$.
Bank sentral Malaysia hari ini melaporkan produk domestic bruto (PDB) kuartal II-2020 mengalami kontraksi 17,1% year-on-year (YoY). Kontraksi merupakan yang pertama sejak 2009, dan menjadi yang terburuk sepanjang sejarah. Di kuartal I-2020, PDB Malaysia masih tumbuh 0,7% YoY.
Kontraksi tersebut juga lebih dalam dari hasil survei Reuters terhadap 11 ekonom yang memprediksi kontraksi di kisaran -5,6% sampai -13,6% sebagaimana dilansir Nikkei Asian Review.
Sementara itu jika dilihat secara kuartalan atau quarter-to-quarter (QtQ), PDB Malaysia mengalami kontraksi 16,5% di kuartal II, sementara kuartal I kontraksinya sebesar 2% QtQ. Sehingga Malaysia sah mengalami resesi teknikal.
Perekonomian dikatakan mengalami resesi saat mengalami kontraksi (tumbuh negatif) selama 2 kuartal, beruntun secara YoY. Sementara jika minus 2 kuartal beruntun secara QtQ, dikatakan sebagai resesi teknikal.
Indonesia juga mengalami resesi teknikal di kuartal II-2020 lalu, dan terancam mengalami resesi di kuartal ini. Risiko tersebut semakin membesar akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Transisi di DKI Jakarta masih terus diperpanjang. Akibatnya rupiah terus mengalami tekanan, termasuk melawan ringgit Malaysia.
Sementara itu, kondisi dolar AS juga sedang tidak bagus. Indeks dolar AS yang kembali turun 2 hari beruntun. Kemarin indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini melemah 0,11%, sementara pada hari Rabu minus 0,2%.
Pembahasan stimulus fiskal yang kembali macet di Kongres (Parlemen) AS, menjadi penyebab kembali melemahnya indeks dolar AS.
Tanpa stimulus tambahan, pemulihan ekonomi AS tentunya akan berjalan lebih lambat.
"Dolar AS membutuhkan kabar positif dari pembahasan stimulus. Pasti akan ada kesepakatan, karena para politikus tidak mungkin kembali ke konstituen mereka dengan tangan hampa. Ketika itu terjadi, maka dolar AS akan punya momentum untuk menguat terhadap mata uang lain," jelas Masafumi Yamamoto, Chief Currency Strategist di Mizuho Securities yang berbasis di Tokyo, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Malaysia State Emergency vs RI Vaksinasi, Cek Nasib Ringgit!
(pap/pap)