CNBC Indonesia Research

Rupiah Tembus Rp 15.700/US$, Ringgit Malaysia Menguat Tajam!

Market - Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 November 2022 10:25
FILE PHOTO: A Malaysia Ringgit note is seen in this illustration photo June 1, 2017.     REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo Foto: REUTERS/Thomas White

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan Senin (28/11/2022), sementara ringgit Malaysia terus melaju kencang.

Pagi ini rupiah menyentuh Rp 15.730/US$, melemah 0,38% di pasar spot melansir data Refinitiv. Di saat yang sama, ringgit menyentuh MYR 4,45/US$ melesat 0,89%, melanjutkan penguatan 1,8% pada Jumat lalu, dan berada di level terkuat sejak pertengahan Agustus.

Sepanjang tahun ini ringgit sukses memangkas pelemahnnya menjadi 7%, sementara rupiah kini tercatat melemah lebih dari 9%. Padahal, nyaris sepanjang tahun ini posisi rupiah selalu lebih baik ketimbang ringgit.

Ringgit melanjutkan penguatan tajam setelah adanya Anwar Ibrahim resmi menjadi Perdana Menteri (PM) yang baru. Sebelumnya situasi politik di Negeri Jiran sempat memanas setelah tidak ada partai pemenang mayoritas dalam pemilihan umum yang diadakan dua pekan lalu.

Partai Anwar Ibrahim, Pakatan Harapan, mengumpulkan jumlah kursi tertinggi dengan 82. Ini diikuti oleh partai lain, yakni Perikatan (73), Barisan Nasional (30), Gabungan Parti Sarawak (23), Gabungan Rakyat Sabah (enam), Warisan (tiga), Parti Bangsa Malaysia dan Parti Kesejahteraan Demokratik Masyarakat masing-masing satu kursi.

Untuk menjadi mayoritas setidaknya dibutuhkan 112 dari 222 kursi

Terpilihnya Anwar Ibrahim disambut baik oleh pelaku pasar, sebab dianggap market friendly.

"Pasar memandang pimpinan Pakatan Harapan sebagai market friendly," kata direktur pelaksana SPI Asset Management, Stephen Innes, sebagaimana dilansir The Star, Minggu (27/11/2022).

Dalam kampanyenya, Anwar memprioritaskan stabilitas perekonomian dan inflasi, yang akan berdampak positif ke ringgit.

Dua hal tersebut juga menjadi perhatian utama warga Negeri Jiran. Hasil survei yang dilakukan Merdeka Center, sebagaimana dikutip Reuters  menunjukkan sebanyak 74% menaruh perhatian ke perekonomian.

Inflasi dan pertumbuhan ekonomi menjadi lima besar yang menjadi perhatian utama warga Malaysia.

Inflasi di Malaysia saat ini tercatat sebesar 4,5% year-on-year (yoy) pada September, turun dari bulan sebelumnya 4,7% yang menyamai catatan April 2021. Level tersebut menjadi yang tertinggi dalam lebih dari 5 tahun terakhir.

Inflasi di Malaysia memang tidak seperti negara-negara Barat yang mencapai level tertinggi dalam puluhan tahun, tetapi tetap saja masih dalam kategori tinggi. Sebab, sejak 1960 sampai 2021 rata-rata inflasi sebesar 3%, berdasarkan World Data.

Sementara itu rupiah hari ini tertekan akibat kerusuhan di China. Seperti diketahui, demonstrasi besar-besaran di seluruh China terkait kebijakan pembatasan (lockdown) sebagai bagian dari strategi nol-Covid berujung bentrokan.

Ratusan pengunjuk rasa dan polisi bentrok di Shanghai pada Minggu (27/11/2022) malam ketika protes atas pembatasan Covid-19 yang ketat di China berlangsung untuk hari ketiga dan menyebar ke beberapa kota.

Gelombang protes sipil belum pernah terjadi sebelumnya di China daratan sejak Presiden Xi Jinping mengambil alih kekuasaan satu dekade lalu. Kini. warga diselimuti rasa frustrasi atas kebijakan nol-Covid dari Xi Jinping 3 tahun setelah pandemi merebak.

Sentimen pelaku pasar pun memburuk, terlihat dari rontoknya bursa saham Asia. Maklum saja, China merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia, saat kerusuhan terjadi dan berdampak pada roda bisnis, maka negara lain akan terkena dampaknya.

Negeri Tiongkok juga merupakan mitra dagang utama Indonesia sehingga memberikan tekanan yang cukup besar.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Ringgit Malaysia Jeblok, Terlemah 24 Tahun! Rupiah Aman?


(pap/pap)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading