
Kursi PM Malaysia Jadi Rebutan, Ringgit yang Perkasa Tumbang

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar ringgit Malaysia sebenarnya sedang kuat-kuatnya hingga pekan pekan lalu. Melawan dolar Amerika Serikat (AS), ringgit berada di level terkuat lebih dari 7 bulan di RM 4,1120, sementara melawan rupiah di dekat level terkuat 5 bulan Rp 3.577.85/RM.
Sejak menyentuh level terlemah 3 tahun RM 4,44 pada 23 Maret lalu, ringgit sudah membukukan penguatan 7,4% hingga pekan lalu.
Pada periode Juli-Agustus, ringgit tercatat menguat sekitar 3% melawan dolar AS, dan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik dibandingkan mata uang utama Asia lainnya.
Sebagai aset dengan imbal hasil yang cukup tinggi, ringgit mampu terus menguat melawan dolar AS saat kondisi pasar mulai stabil setelah mengalami gejolak di bulan Maret, di awal-awal penyebaran virus corona.
Tetapi di pekan ini, ringgit tumbang akibat kisruh politik di Negeri Jiran. Ringgit kemarin melemah 0,48% melawan dolar AS, dan hari ini lanjut lagi 0,31% ke RM 4.165/US$. Sepanjang pekan ini, ringgit tidak pernah menguat melawan dolar AS. Dalam 4 hari perdagangan hingga saat ini, total pelemahan sebesar 1,3%.
Sementara melawan rupiah, ringgit kemarin melemah 0,28%, tetapi hari ini menguat tipis 0,08% ke Rp 3.558,75/RM. Maklum saja, rupiah sedang lesu, bahkan sejak kemarin.
Kemarin, drama politik Malaysia memasuki babak baru. Pemimpin oposisi Malaysia, Anwar Ibrahim mengatakan pemerintahan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin telah jatuh.
Dirinya mengklaim sudah mengantongi suara mayoritas di Parlemen untuk membentuk pemerintahan. Audiensi bahkan akan dilakukan dengan Raja Malaysia, Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah, untuk pengesahan.
"Bukan, empat, lima atau enam (suara parlemen) tetapi mayoritas," katanya sebagaimana ditulis Malaysia Kini, Rabu (23/9/2020).
"Pemerintahan pimpinan (perdana menteri) Muhyiddin Yassin telah jatuh. Maklumat selanjutnya akan saya dapatkan setelah menghadap Baginda Agung (Raja) dalam masa terdekat. Insya-Allah," katanya.
Klaim itu muncul kurang dari tujuh bulan setelah Muhyiddin berkuasa. Muhyiddin menjadi PM setelah kekacauan politik yang menyebabkan runtuhnya pemerintahan Mahathir Mohamad.