Rupiah Bakalan Melemah 6 Hari Beruntun, Relakan Saja!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 August 2020 13:12
[DALAM] Rupiah Sentuh 30.000
Foto: Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (14/8/2020) bahkan cukup signifikan hingga mendekati Rp 14.800/US$. Semakin besarnya risiko resesi yang di hadapi Indonesia membuat Mata Uang Garuda tertekan.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.700/US$. Tetapi tidak lama langsung masuk ke zona merah. Depresiasi rupiah terus membengkak hingga 0,47% ke Rp 14.769/US$ pada pukul 12:00 WIB di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Dengan pelemahan yang cukup signifikan, dan tekanan yang masih besar, rupiah kini berisiko melemah 6 hari beruntun.

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Transisi DKI Jakarta yang kembali diperpanjang selama 2 pekan memperbesar risiko resesi di Indonesia, membuat rupiah terus tertekan.

Dengan diperpanjangnya PSBB, artinya selama 2 bulan di kuartal III-2020 roda bisnis maish berputar pelan. Laju pemulihan ekonomi saat PSBB menjadi lambat setelah mengalami kontraksi 5,32% year-on-year (YoY) di kuartal II-2020, sehingga risiko resesi meningkat seperti yang diramal oleh Bank Dunia dalam laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juli 2020, dengan judul The Long Road to Recovery.

Lembaga yang berkantor pusat di Washington DC (Amerika Serikat) itu memperkirakan ekonomi Indonesia tidak tumbuh alias 0%. Namun Bank Dunia punya skenario kedua, yaitu ekonomi Indonesia mengalami kontraksi -2% pada 2020 jika resesi global ternyata lebih dalam dan pembatasan sosial (social distancing) domestik lebih ketat.

"Ekonomi Indonesia bisa saja memasuki resesi jika pembatasan sosial berlanjut pada kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020 dan/atau resesi ekonomi dunia lebih parah dari perkiraan sebelumnya," tulis laporan Bank Dunia.

Selain itu, pelaku pasar menanti Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akan menyampaikan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2021 kepada parlemen. Investor tentu ingin mengetahui bagaimana arah kebijakan fiskal tahun depan. 

Dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) yang menjadi kerangka penyusunan RAPBN 2021, pemerintah mengindikasikan defisit anggaran akan ada di 5,2% dari PDB. Lebih rendah ketimbang perkiraan tahun ini yang mencapai 6,34% PDB.

Jadi walau tema besar RAPBN 2021 masih seputar pemulihan ekonomi dari dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), tetapi kemungkinan skalanya tidak semasif 2020. Ini akan mempengaruhi seberapa besar dukungan pemerintah terhadap sektor riil dan rumah tangga hingga penerbitan obligasi atau Surat Berharga Negara (SBN).

Tetapi RAPBN 2021 baru akan disampaikan selepas tengah hari, dan pasar dalam negeri sudah ditutup pada pukul 15:00 WIB, sehingga baru akan direspon maksimal pada pekan depan. Jadi jika rupiah melemah 6 hari beruntun, ya direlakan saja.


TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular