Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia menukik tajam dari rekor tertinggi sepanjang masa dalam 4 hari perdagangan terakhir. Pada perdagangan Selasa (11/8/2020) kemarin harga emas dunia merosot US$ 116 atau 5,72% ke US$ 1.911,24/troy ons di pasar spot, melansir data Refinitiv. Penurunan tersebut menjadi penurunan harian terburuk dalam 7 tahun terakhir.
Harga emas dunia mulai merosot sejak hari Jumat (7/8/2020) pekan lalu, beberapa saat setelah menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,49/troy ons. Penyebab merosotnya emas dunia yakni tanda-tanda pulihnya perekonomian Amerika Serikat (AS) yang membuat yield obligasi (Treasury) naik, dan indeks dolar AS bangkit dari level terendah 2 tahun sehingga memicu aksi ambil untung (profit taking) emas.
Aksi profit taking kian menggila setelah media lokal Rusia memberitakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa pemerintahannya telah memberi persetujuan vaksin virus corona yang pertama di dunia. Kabar tersebut membuat bursa saham menguat, indeks S&P 500 bahkan sempat mendekati rekor tertinggi sepanjang masa. Ketika aset-aset berisiko menguat, maka daya tarik emas sebagai safe haven menjadi luntur.
Kemerosotan terus berlanjut pada hari ini Rabu (12/8/2020) pagi, emas dunia ambrol ambrol 2,49% ke US$ 1.863,66/troy ons. Sehingga jika dilihat dari rekor tertinggi sepanjang masa, emas dunia sudah ambles lebih dari US$ 200 atau sekitar 10,8%, wow...
Di luar faktor penyebab kemerosotan tersebut, pergerakan emas di ini mengingatkan kembali 10 tahun lalu, ketika emas dunia mencapai rekor tertinggi sepanjang masa kala itu, sebelum akhirnya menukik tajam di hari yang sama.
Pada 23 Agustus 2011, harga emas dunia mencapai level tertinggi sepanjang masa US$ 1.911,46/troy ons, di hari itu juga langsung merosot dan mengakhiri perdagangan di level US$ 1.829,65/troy ons, atau ambrol 4,28% dari rekor. Sehari berselang kemerosotan berlanjut sebesar 4,29%. Pada 25 Agustus 2011, emas masih berlanjut nyungsep US$ 1.702,44/troy ons sebelum akhirnya rebound di hari itu juga.
Jadi total pelemahan dalam 3 hari, dari rekor puncak ke US$ 1.702,44/troy ons sebesar 10,94%.
 Grafik: Emas (XAU/USD) Tahun 2011 Foto:Refinitiv |
Nyaris sama dengan penurunan emas dalam 4 hari terakhir saat ini, dan hari in juga menunjukkan tanda-tanda rebound. Setelah menyentuh level terendah pagi tadi, emas akhirnya berbalik menguat 1,64% ke US$ 1.942,47/troy ons pada pukul 18:22 WIB.
Balik lagi ke 25 Agustus 2011, setelah berhasil rebound, emas akhirnya kembali melesat ke atas. Hingga menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa lagi pada 6 September 2011 di US$ 1.920.3/troy ons. Kabar buruknya hari itu juga emas langsung ambrol, dan terus berlanjut hingga menyentuh level US$ 1,534,49/troy ons pada 26 September, atau minus 20,09%. Setelahnya emas memang bangkit kembali tetapi tidak pernah mampu kembali ke atas US$ 1.800/troy ons.
Hingga akhirnya emas dunia mulai dalam tren menurun sejak Oktober 2012.
Dalam tren penurunan tersebut, titik terendah yang dicapai yakni US$ 1.045,85/troy ons pada 3 Desember 2015.
Artinya, jika dilihat dari rekor tertinggi hingga ke level terendah tersebut, harga emas dunia ambrol 45,54% dalam tempo 4 tahun.
Jika sejarah tersebut berulang, setidaknya pergerakan saat ini sudah sangat mirip, emas akan bangkit lagi dan memecahkan rekor tertinggi baru sebelum akhirnya terkoreksi turun. Atau skenario terburuk, jika emas gagal bangkit, artinya akan ada kemerosotan tajam ke depannya, itu kalau sejarah memang berulang.
Kondisi perekonomian AS serta kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menjadi "aktor" utama dibalik pergerakan emas ke rekor tertinggi sepanjang masa, hingga akhirnya menukik "jatuh dari langit" baik itu dulu maupun sekarang.
Di tahun 2008, Amerika Serikat mengalami resesi, yang memicu krisis finansial global. Guna membangkitkan perekonomian, The Fed memangkas suku bunga hingga 0,25%, dan menggelontorkan stimulus moneter dengan program pembelian aset (obligasi pemerintah dan surat berharga lainnya) atau yang dikenal dengan istilah quantitative easing (QE).
Saat itu, QE dilakukan dalam 3 periode. QE 1 dilakukan mulai November 2008, kemudian QE 2 mulai November 2010, dan QE 3 pada September 2012.
Emas dunia mencapai periode kejayaannya saat QE 2 berlangsung. Sementara masa kemerosotan dimulai tepat sebulan setelah QE 3 dimulai. Sebabnya, perekonomian Amerika Serikat yang mulai membaik, dan ada isu jika QE akan segera dihentikan dalam waktu dekat.
Pada pertengahan tahun 2013 The Fed yang saat itu dipimpin Ben Bernanke akhirnya mengeluarkan wacana untuk mengurangi (tapering) QE. Sah, masa kejayaan emas berakhir, baru sebatas wacana saja harga emas langsung merosot tajam.
Saat wacana tersebut muncul dolar AS menjadi begitu perkasa, hingga ada istilah "taper tantrum". Maklum saja, sejak diterapkan suku bunga rendah serta QE, nilai tukar dolar AS terus merosot. Sehingga saat muncul wacana pengurangan QE hingga akhirnya dihentikan dolar AS langsung mengamuk, "taper tantrum", mata uang lainnya dibuat rontok oleh the greenback. Penguatan dolar tersebut menambah pukulan bagi emas.
"Bahan bakar" emas untuk menguat, resesi, suku bunga rendah dan QE, serta pelemahan dolar AS satu per satu per satu mulai hilang. Perekonomian AS membaik, QE dihentikan pada pertengahan 2014, suku bunga dinaikkan pada Desember 2015, dan dolar AS menguat, emas pun terpukul hebat.
Situasi saat itu sangat mirip dengan tahun ini, AS resesi, The Fed menerapkan suku bunga rendah dan QE, dolar AS pun ambrol belakangan ini. Seandainya situasi mulai berbalik (dan sudah mulai ada tanda-tanda ekonomi AS bangkit) maka patut bersiap melihat harga emas menukik dari angkasa untuk kedua kalinya.
Satu hal yang membedakan kondisi 2008 dan 2020 adalah pemicu resesi saat ini adalah pandemi penyakit virus corona (Covid-19). AS sampai saat ini masih mengalami peningkatan kasus Covid-19, sehingga pemulihan ekonominya terancam berjalan dengan lambat. Oleh karena itu, nasib emas saat ini akan ditentukan si virus corona, apakah berhasil diredam, ataukah akhirnya vaksin ditemukan sehingga semua perlahan kembali normal, atau malah semakin mengganas yang dapat memicu resesi panjang.
Ambrolnya harga emas dunia turut menyeret turun harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk. atau uang dikenal dengan emas Antam, yang hari ini harganya turun 2,84%. Transaksi emas dunia di dalam negeri biasanya dilakukan dengan trading, membuka akun di perusahaan pialang berjangka, dan melakukan aksi jual beli untuk menghasilkan cuan.
Sementara emas Antam digunakan sebagai sarana investasi. Intinya harga emas dunia dan emas Antam sedang mengalami penurunan, melihat kondisi saat ini apakah waktunya untuk jual atau beli?
Jika berkaca pada sejarah Agustus 2011, setelah merosot lebih dari 10%, harga emas dunia akhirnya kembali bangkit dan memecahkan rekor tertinggi pada 6 September 2011. Artinya ada peluang emas akan bangkit lagi setelah mengalami kemerosotan beberapa hari terakhir, dan kembali memecahkan rekor tertinggi.
Tetapi jika berkaca pada skenario terburuk di September 2011, setelah mencetak rekor harga emas langsung nyungsep hingga lebih dari 45% dalam tempo kurang dari 1 bulan.
Lantas, apa kata para analis mengenai kemerosotan beberapa hari terakhir?
"Emas berada dalam posisi yang belum pernah dicapai sebelumnya, penurunan tajam kemarin menunjukkan volatilitas harga emas kemungkinan masih akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan," kata Vivek Dhar, analis komoditas pertambangan dan energi dari Commonwealth Bank of Australia dalam sebuah catatan yang dikutip CNBC International.
Volatilitas tinggi artinya harga emas dunia kemungkinan masih akan merosot tajam, tetapi tidak menutup kemungkinan kembali melesat. Maka bersiap untuk melihat harga dunia turun atau naik dengan cukup signifikan, dan diikuti oleh emas Antam.
Kemudian Carsten Fritsch, analis dari Commerzbank sebagaimana dikutip Kitco mengatakan koreksi tajam pada emas yang selama ini dinanti akhirnya dimulai, tetapi jangan gentar karena rally harga emas dunia akan kembali berlanjut katanya.
Sejauh ini, memang belum ada perubahan proyeksi dari para analis, harga emas dunia diramal masih akan terus menguat.
Barry Dawes, dari Martin Place Securities, memproyeksikan dalam dua tahun ke depan harga emas disebut akan mencapai US$ 3.500/troy ons.
Ole Hansen, Kepala Ahli Strategi Komoditas di Saxo Bank, memprediksi emas akan mencetak rekor tertinggi pada tahun depan, dan jangka panjang emas akan mencapai US$ 4.000/troy ons.
Analis lainnya, Jurge Kiener dari Swiss Asia Capital bahkan lebih bullish lagi. Secara teknikal ia melihat ada peluang emas mencapai US$ 8.000/troy ons. Sementara Dan Olivier, pendiri Myrmikan Capital, yang memprediksi emas akan mencapai US$ 10.000/troy ons. Meski tidak disebutkan kapan emas akan mencapai level yang saat ini terlihat ekstrem tersebut.
Trader dan investor yang risk taker tentu melihat kemerostan emas dunia dan emas Antam sebagai belakangan ini sebagai peluang untuk beli. Sementara trader dan investor yang konservatif sepertinya akan menganalisa situasi dan melihat perkembangan terlebih dahulu.
Apalagi, setelah muncul tanda-tanda kebangkitan ekonomi AS, dan perkembangan vaksin terbaru. Semakin banyak tanda kebangkitan ekonomi AS maka laju emas untuk terus naik akan semakin berat. Apalagi jika sampai vaksin virus corona benar-benar ditemukan maka akan menjadi game changer, bukannya beli, trader dan investor kemungkinan akan jual emas.
Yung-yu Ma, kepala strategi investasi di BMO Wealth Management, mengatakan ada 2 faktor yang membuat emas akan berubah arah, yakni vaksin dan Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden AS pada bulan November.
Efek Pemilu dikatakan tergantung bagaimana hasilnya, sementara Jika ada perkembangan positif dari vaksin virus corona, ia melihat emas akan turun hingga ke US$ 1.600/troy ons setelah Pemilu AS. Tetapi ia juga mengatakan emas akan kembali rally di tahun depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA