Analisis

Tak Menarik bagi Investor, Rupiah Masuk Fase Konsolidasi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 August 2020 16:53
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah belakangan ini bergerak baik turun dalam rentang yang sempit, pergerakan itu disebut dengan fase konsolidasi. Meski demikian, kecenderungan rupiah bergerak naik alias melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS).

Pada perdagangan hari ini, Senin (10/8/2020) rupiah melemah tipis 0,07% ke Rp 14.590/US$ melanjutkan pelemahan 0,34% sepanjang pekan lalu.

Salah satu penyebab pergerakan tersebut adalah rupiah yang tidak menarik bagi investor.

Hal tersebut terlihat dari survei terbaru dari Reuters, bahkan menunjukkan rupiah menjadi satu-satunya mata uang utama Asia yang tidak diminati pelaku pasar. Survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters yang menunjukkan investor masih mengambil posisi jual (short) rupiah.

Survei dari Reuters tersebut menggunakan rentang -3 sampai 3. Angka positif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) terhadap dolar AS dan jual (short) terhadap rupiah, begitu juga sebaliknya.

Hasil survei yang dirilis pada Kamis (6/8/2020), menunjukkan angka 0,45 turun dibandingkan hasil survei sebelumnya 0,61. Artinya investor mengurangi posisi jual (short) rupiah, setelah mengalami kenaikan dalam 2 survei sebelumnya.

Bath Thailand sebelumnya menjadi satu-satunya mata uang yang menemani rupiah di angka positif dalam survei Reuters. Artinya, baht juga "dibuang" pelaku pasar. Tetapi survei terbaru menunjukkan posisi tersebut sudah berbalik, pelaku pasar kini kembali "mengkoleksi" baht, praktis rupiah satu-satunya mata uang Asia yang "dibuang" dalam survei tersebut.

Survei yang dilakukan Reuters tersebut konsisten dengan pergerakan di tahun ini. Pada bulan Maret lalu, ketika rupiah mengalami gejolak, investor mengambil posisi jual (short) rupiah, dengan angka survei yang dirilis Reuters sebesar 1,57. Semakin tinggi nilai positif, semakin besar posisi short rupiah yang diambil investor.

Memasuki bulan April, rupiah perlahan menguat dan hasil survei Reuters menunjukkan posisi short rupiah semakin berkurang, hingga akhirnya investor mengambil posisi long mulai pada 28 Mei lalu. Alhasil rupiah membukukan penguatan lebih dari 15% sejak awal April hingga awal Juni.

Kini investor kembali melakukan aksi "buang" rupiah dalam 3 survei berturut-turut, meski nilainya menurun, tetapi tetap menjadi warning.

Secara teknikal, meski rupiah yang disimbolkan USD/IDR melemah pada pekan lalu, tetapi masih berada dalam fase konsolidasi sejak 2 pekan terakhir.

Fase konsolidasi artinya suatu instrument bolak balik naik turun dalam rentang tertentu. Pada satu titik fase ini akan memicu "ledakan" alias pergerakan besar.

Posisi penutupan rupiah pada perdagangan Senin (27/7/2020) tidak jauh dari posisi pembukaan perdagangan, serta pergerakan naik turun hari ini secara teknikal membentuk pola Doji jika dilihat menggunakan grafik Candlestick.

Suatu harga dikatakan membentuk pola Doji ketika level pembukaan dan penutupan perdagangan sama atau nyaris sama persis, setelah sebelumnya mengalami pergerakan naik dan turun dari level pembukaan tersebut.

Secara psikologis, pola Doji menunjukkan pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah pasar apakah akan menguat atau melemah.

Munculnya Doji menjadi indikasi suatu instrument akan memasuki fase konsolidasi.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR)
Foto: Refinitiv

Dalam kasus rupiah atau yang disimbolkan dengan USD/IDR, fase konsolidasi kemungkinan akan berada di rentang Rp 14.325/US$ sampai US$ 14.730/US$. Artinya, rupiah kecenderungannya akan bergerak bolak balik di antara level tersebut di pekan ini sampai akhirnya salah satu level tersebut dilewati.

Jarak antara batas bawah hingga ke batas atas sebesar Rp 405, artinya target pergerakan rupiah setelah menembus salah satu batas sebesar Rp 405. Seandainya batas atas yang dilewati, maka rupiah berisiko melemah ke Rp 15.135/US$, sebaliknya jika batas bawah yang ditembus maka rupiah berpotensi menguat ke Rp 13.920/US$.

Untuk jangka lebih panjang, batas atas Rp 14.730/US$ akan menjadi kunci pergerakan, level tersebut merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).

Ke depannya, selama tidak menembus ke atas Fib. Retracement 61,8% tersebut rupiah masih cenderung akan menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular