
Tak Menarik bagi Investor, Rupiah Masuk Fase Konsolidasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah belakangan ini bergerak baik turun dalam rentang yang sempit, pergerakan itu disebut dengan fase konsolidasi. Meski demikian, kecenderungan rupiah bergerak naik alias melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS).
Pada perdagangan hari ini, Senin (10/8/2020) rupiah melemah tipis 0,07% ke Rp 14.590/US$ melanjutkan pelemahan 0,34% sepanjang pekan lalu.
Salah satu penyebab pergerakan tersebut adalah rupiah yang tidak menarik bagi investor.
Hal tersebut terlihat dari survei terbaru dari Reuters, bahkan menunjukkan rupiah menjadi satu-satunya mata uang utama Asia yang tidak diminati pelaku pasar. Survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters yang menunjukkan investor masih mengambil posisi jual (short) rupiah.
Survei dari Reuters tersebut menggunakan rentang -3 sampai 3. Angka positif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) terhadap dolar AS dan jual (short) terhadap rupiah, begitu juga sebaliknya.
Hasil survei yang dirilis pada Kamis (6/8/2020), menunjukkan angka 0,45 turun dibandingkan hasil survei sebelumnya 0,61. Artinya investor mengurangi posisi jual (short) rupiah, setelah mengalami kenaikan dalam 2 survei sebelumnya.
Bath Thailand sebelumnya menjadi satu-satunya mata uang yang menemani rupiah di angka positif dalam survei Reuters. Artinya, baht juga "dibuang" pelaku pasar. Tetapi survei terbaru menunjukkan posisi tersebut sudah berbalik, pelaku pasar kini kembali "mengkoleksi" baht, praktis rupiah satu-satunya mata uang Asia yang "dibuang" dalam survei tersebut.
Survei yang dilakukan Reuters tersebut konsisten dengan pergerakan di tahun ini. Pada bulan Maret lalu, ketika rupiah mengalami gejolak, investor mengambil posisi jual (short) rupiah, dengan angka survei yang dirilis Reuters sebesar 1,57. Semakin tinggi nilai positif, semakin besar posisi short rupiah yang diambil investor.
Memasuki bulan April, rupiah perlahan menguat dan hasil survei Reuters menunjukkan posisi short rupiah semakin berkurang, hingga akhirnya investor mengambil posisi long mulai pada 28 Mei lalu. Alhasil rupiah membukukan penguatan lebih dari 15% sejak awal April hingga awal Juni.
Kini investor kembali melakukan aksi "buang" rupiah dalam 3 survei berturut-turut, meski nilainya menurun, tetapi tetap menjadi warning.
