Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia melesat tajam di bulan Juli, hingga memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa. Kinerja emas di bulan Juli juga merupakan yang terbaik dalam 8 tahun terakhir atau sewindu.
Resesi di berbagai negara akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) menjadi pemicu berkilaunya logam mulia.
Berdasarkan data Refinitiv, sepanjang bulan Juli lalu emas melesat 10,9%, menjadi kenaikan terbesar sejak Januari 2012 ketika menguat 11,21%.
Rekor tertinggi harga emas dunia sebelumnya US$ 1.920,3/troy ons dicapai pada 6 September 2011 akhirnya berhasil di pecahkan di awal pekan ini kemarin, nyaris satu dekade lamanya. Di hari Senin (27/7/2020) Harga emas dunia melesat menyentuh US$ 1.945,16/troy ons, rekor tertinggi baru saat itu, tetapi umurnya kurang dari 24 jam.
Selasa (28/7/2020) pagi harga emas emas dunia terbang tinggi menyentuh US$ 1.980,56/troy ons menjadi rekor tertinggi yang bertahan nyaris sepekan. Senin kemarin saat emas melesat lagi ke US$ 1.984,65/troy ons, yang kini menjadi rekor tertinggi sepanjang masa.
Resesi akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) kini sudah terjadi di 3 benua. Dari Asia, Jepang, Singapura dan Hong Kong sudah sah resesi, sementara Korea Selatan mengalami resesi teknikal.
Dari Eropa, zona euro juga masuk ke jurang resesi, negara-negara besarnya bahkan berguguran. Jerman, Spanyol dan Italia resesi, sementara Prancis mengalami resesi teknikal.
Suatu negara dikatakan mengalami resesi jika produk domestic bruto (PDB) minus 2 kuartal beruntun secara tahunan atau year-on-year, sementara jika secara kuartalan atau quarter-to-quarter (QtQ) dikatakan sebagai resesi teknikal.
Dari Benua Biru beralih ke Benua Amerika, Negeri Adidaya Amerika Serikat mengalami PDB minus terdalam sepanjang sejarah.
PDB di kuartal II-2020 dilaporkan minus 32,9%, sementara di kuartal I-2020, perekonomiannya mengalami kontraksi 5%, sehingga sah mengalami resesi.
Bukan kali ini saja AS mengalami resesi, melansir Investopedia, AS sudah mengalami 33 kali resesi sejak tahun 1854. Sementara jika dilihat sejak tahun 1980, Negeri Paman Sam mengalami empat kali resesi, termasuk yang terjadi saat krisis finansial global 2008. Artinya, resesi kali ini akan menjadi yang ke-34 bagi AS.
Ketika dunia mengalami resesi, pada pelaku pasar mengalihkan investasinya ke aset aman (safe haven) seperti emas, yang membuat harga logam mulia ini terus melesat naik.
Selain resesi, faktor lain yang menjadi "bahan bakar" emas untuk terus menguat yakni kebijakan moneter ultra longgar dari bank sentral di berbagai negara serta kebijakan tidak biasa (unconventional) pembelian aset atau yang dikenal dengan istilah quantitative easing serta stimulus fiskal pemerintah yang membuat perekonomian banjir likuiditas.
Tetapi, penyebab utama emas melesat ke rekor tertinggi di bulan Juli adalah ambrolnya indeks dolar AS ke level terendah 2 tahun.
Memasuki kuartal II-2020, banyak analis yang memprediksi emas akan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa, yang paling cepat melihat akan dicapai pada akhir tahun ini. Nyatanya dalam 2 pekan terakhir emas terus ngegas saat dolar AS nyungsep hingga akhirnya mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
Dalam 10 tahun terakhir, Agustus menjadi bulan yang bersahabat bagi emas. berdasarkan data Refinitiv, emas membukukan penguatan di 8 bulan Agustus, dan hanya 2 kali melemah. Pada Agustus 2011, emas bahkan melesat lebih dari 12%.
Tidak hanya itu, saat periode kejatuhan harga emas tahun 2012 sampai 2015, di bulan Agustus logam mulia ini juga mencatat kinerja positif.
Melihat tren tersebut, ada peluang emas kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
Melihat emas yang sudah begitu dekat dengan US$ 2.000/troy ons, rasanya level tersebut bakalan dengan mudah dilewati, bahkan jauh lebih tinggi lagi, meski rentang waktunya lumayan lama.
Ramalan terbaru setelah emas mencetak rekor datang dari Barry Dawes, dari Martin Place Securities, dalam 2 tahun ke depan harga emas disebut akan mencapai US$ 3.500/troy ons.
Sementara itu Ole Hansen, Kepala Ahli Strategi Komoditas di Saxo Bank, memprediksi emas akan mencetak rekor tertinggi pada tahun depan, dan jangka panjang emas akan mencapai US$ 4.000/troy ons.
Analis lainnya, Jurge Kiener dari Swiss Asia Capital bahkan lebih bullish lagi, secara teknikal ia melihat ada peluang emas mencapai US$ 8.000/troy ons.
"Jika anda melihat secara teknikal, anda akan dapat mengambil gap dari level bottom ke top, sehingga target penguatan ke US$ 2.834/troy ons, dan itu merupakan target awal yang akan dicapai cukup cepat," kata Kiener.
Secara historis, Kiener melihat harga emas akan naik sebanyak 7 sampai 8 kali lipat dari level bottom.
"Jika anda melihat struktur bottom di US$ 1.050/troy ons, di kali tujuh, maka target harga emas selanjutnya US$ 8.000/troy ons," katanya.
Untuk diketahui, level bottom emas yang dimaksud tersebut terjadi pada Desember 2015 di US$ 1.045,85/troy ons.
Ada lagi Dan Olivier, pendiri Myrmikan Capital, yang memprediksi emas akan mencapai US$ 10.000/troy ons.
"The Fed (bank sentral AS), seperti yang ada ketahui, melakukan aksi pembelian aset uang masif akibat situasi yang disebabkan virus corona, oleh karena itu harga ekuilibrium emas juga naik dengan sepadan, harga emas yang seimbang dengan balance sheet The Fed kini sangat tinggi," kata Olivier, sebagaimana dilansir Kitco.
Nilai aset yang dibeli The Fed bisa dilihat dari Balance Sheet. Semakin banyak jumlah aset yang dibeli, maka Balance Sheet The Fed akan semakin besar.
Pada periode 2008-2014 saat The Fed melakukan QE untuk guna memacu perekonomian akibat krisis finansial, nilai Balance Sheet The Fed mencapai US$ 4,5 triliun.
Kini, kebijakan yang sama diterapkan oleh The Fed, sang ketua Jerome Powell bahkan mengatakan akan melakukan QE berapa pun nilainya selama diperlukan oleh perekonomian. Saat ini, Balance Sheet The Fed sudah mencapai US$ 7,14 triliun, dan kemungkinan masih akan terus meningkat.
"Perkiraan saya sudah berubah, saya sekarang melihat harga emas bisa ke US$ 10.000/troy ons," tambahnya.
Sayangnya, Olivier tidak menyebutkan dalam rentang waktu berada lama emas akan mencapai level US$ 10.000/troy ons.
Ramalan yang paling ekstrim kini datang dari Jim Rickards selaku penulis buku best seller. Analisisnya meramal harga emas bisa ke US$ 15.000 pada 2025
"Jika Anda mengambil rata-rata pada reli pasar sebelumnya : 1971 hingga 1980, dalam periode sembilan tahun tersebut harga emas naik 2200%, pada 1999-2011, 12 tahun pasar mengalami kenaikan signifikan hingga 700%.
Ambil saja rata-ratanya, Anda tak perlu mengambil harga tertingginya atau melakukan ekstrapolasi, jika Anda mengambil rata-rata dari keduanya, maka reli pasar selanjutnya bakal lebih lama dari 10 tahun dan akan naik hingga 1500%" katanya, sebagaimana dilansir Kitco.
Melihat ramalan-ramalan tersebut, emas benar-benar membuat silau pada pelaku pasar di tahun ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA