
Takut Jakarta 'Digembok' Kayak Manila, Investor Lepas SBN

Namun ada faktor lain yang menyebabkan investor agak takut masuk ke pasar keuangan Indonesia. Pelaku pasar melihat bukan tidak mungkin Indonesia mengikuti langkah Filipina yang kembali memberlakukan karantina wilayah (lockdown) karena lonjakan kasus corona.
Seperti halnya di Filpina, kasus corona di ibu kota Indonesia juga 'menggila'. Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melaporkan, jumlah pasien positif corona di Jakarta per 2 Agustus 2020 adalah 22.144 orang. Bertambah 377 orang (1,73%) dibandingkan sehari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir (10 Juli-2 Agustus), rata-rata penambahan pasien baru adalah 400,43 orang per hari. Melonjak dibandingkan 14 hari sebelumnya (6-19 Juli) yang sebanyak 293,07 orang per hari.
"Saya ingatkan kepada semua, jangan sampai situasi ini jalan terus sehingga kita harus menarik rem darurat atau emergency brake. Bila itu terjadi, kita semua harus kembali dalam rumah, kegiatan perekonomian terhenti, kegiatan keagamaan terhenti, kegiatan sosial terhenti. Kita semua akan merasakan kerepotannya bila situasi ini berjalan terus," tegas Anies Rasyid Baswedan, Gubernur DKI Jakarta, belum lama ini.
Jakarta adalah pemain utama dalam percaturan ekonomi nasional. Pada kuartal I-2020, Jakarta menyumbang 18,1% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, tertinggi di antara provinsi-provinsi lainnya.
![]() |
Jadi kalau kasus corona di Jakarta terus melonjak, maka bukan tidak mungkin akan bernasib sama dengan Manila. 'Digembok', masyarakat harus kembali #dirumahaja.
Ekonomi Jakarta yang macet akan menjadi masalah nasional karena perannya yang begitu besar. Kala ekonomi Jakarta melambat, apalagi kalau sampai terkontraksi (tumbuh negatif) gara-gara pengetatan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), maka PDB Indonesia tentu terpengaruh.
Prospek ekonomi Indonesia yang penuh tanda tanya itu membuat investor ragu untuk masuk ke pasar saham, valas, sampai SBN. Akibatnya, harga SBN turun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]