Efek Pandemi, Produksi Batu Bara Adaro 'Diramal' Drop 10%

Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
30 July 2020 17:30
FILE PHOTO: The logo of PT Adaro Energy as seen at PT Adaro Energy headquarters in Jakarta, Indonesia, October 20, 2017. REUTERS/Beawiharta/File Photo
Foto: REUTERS/Beawiharta/File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Adaro Energy Tbk (ADRO) memperkirakan terjadi penurunan produksi batu bara sebesar 10% dari target tahun ini sebesar 54-58 juta ton seiring dengan sentimen kondisi pasar baru bara dunia saat ini di tengah dampak pandemi Covid-19.

"Memperhatikan kondisi pasar batubara saat ini, maka kami mengantisipasi penurunan produksi dengan kisaran 10% dibanding pencapaian tahun lalu, atau pada kisaran bawah target tahun ini yaitu 54-58 juta ton," kata Febriati Nadira, Head of Corporate Communication Adaro Energy, dalam pernyataan resmi, di Jakarta, Kamis (30/7/2020).

Dengan estimasi tersebut, produksi batu bara ADRO diprediksi sekitar 48,6 juta ton hingga 52,2 juta ton.

Manajemen emiten yang dipimpin oleh Garibaldi 'Boy' Thohir ini menyatakan, proyeksi penurunan 10% ini utamanya pada jenis batu bara thermal. Namun Adaro akan berfokus untuk mempertahankan margin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan.

Selain itu, langkah ini juga sejalan dengan himbauan APBI (Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia) kepada para produsen batu bara di Indonesia untuk memangkas target produksi untuk menyeimbangkan kondisi di pasar batu bara yang tertekan akibat pelemahan ekonomi global dan menurunnya kebutuhan listrik industri karena Covid-19.

"Kami juga akan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasi sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan," kata Febriati yang biasa disapa Ira ini.

"Adaro juga akan terus fokus terhadap upaya peningkatan keunggulan operasional, pengendalian biaya dan efisiensi, serta eksekusi strategi demi kelangsungan bisnis dan mempertahankan kinerja yang solid," tegasnya.

Tahun lalu, produksi batu bara Adaro Energy mencapai 58,03 juta ton, atau 7% lebih tinggi dari pencapaian produksi tahun 2018 dan melampaui target produksi pada 2019 yang ditetapkan sebesar 54-56 juta ton.

Produksi Adaro tersebut berasal dari PT Adaro Indonesia (AI), Balangan Coal Companies dan Adaro MetCoal Companies (AMC).

Adapun tahun ini, sebelum adanya Covid-190, target produksi Adaro memang ditetapkan sebesar 54-58 juta ton, nisbah kupas 4,30x, EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi) operasional sebesar US$ 900 juta-1,2 miliar dan belanja modal US$ 300-400 juta.

Direktur Utama PT Adaro Energy Tbk (ADRO) Garibaldi 'Boy' Thohir dalam perbincangan dengan CNBC Indonesia, pada 27 April lalu, mengatakan kinerja perusahaan di tengah pandemi Covid-19 dinilai masih aman. Ia bersyukur, kondisi perusahaan masih dapat bertahan dalam situasi sulit saat ini.

Boy mengatakan, di masa sulit sekarang, penting adanya efisiensi-efisiensi yang dilakukan perusahaan untuk dapat bertahan, sehingga perusahaan dapat berjalan dengan baik.

Sebagai perbandingan, data laporan keuangan mencatat, pada kuartal I-2019, laba Adaro naik menjadi US$ 118,79 juta (setara Rp 1,8 triliun, asumsi Rp 15.500/US$) dari periode yang sama 2018, US$ 74,43 juta, dengan pendapatan naik menjadi US$ 846,48 juta dari sebelumnya US$ 763,96 juta.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar Batu Bara Tertekan, Adaro Pangkas Capex Jadi Rp 3,7 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular