
Asia hingga Eropa Resesi, Harga Emas Siap Cetak Rekor Lagi?

Ibarat di atas langit masih ada langit, harga emas diramal masih akan terus mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
Barry Dawes, dari Martin Place Securities, memprediksi dalam 2 tahun ke depan harga emas disebut akan mencapai US$ 3.500/troy ons.
"Terlihat sangat signifikan seberapa cepat emas melewati US$ 1.923 yang merupakan rekor sebelumnya. Fakta lainnya, emas sangat mudah melewati level US$ 1.800" kata Dawes sebagaimana dilansir CNBC International.
"Yang ingin saya katakan, ini adalah pasar yang sangat, sangat kuat. Saya melihat emas akan mencapai US$ 3.500/troy ons dalam waktu 2 tahun ke depan" tambahnya.
Sementara itu, Garth Bregman dari BNP Paribas Wealth Management memprediksi harga emas akan berkonsolidasi terlebih dahulu di sekitar US$ 2.000/troy ons, sebelum kembali melesat.
"Kami tidak melihat katalis yang akan menghentikan penguatan harga emas dalam jangka pendek. Faktanya, faktor-faktor yang membuat emas melesat ke rekor tertinggi masih tetap ada," kata Bregman, sebagaimana dilansir CNBC International.
Analis lainnya, Jurge Kiener dari Swiss Asia Capital bahkan lebih bullish lagi, secara teknikal ia melihat ada peluang emas mencapai US$ 8.000/troy ons.
"Jika anda melihat secara teknikal, anda akan dapat mengambil gap dari level bottom ke top, sehingga target penguatan ke US$ 2.834/troy ons, dan itu merupakan target awal yang akan dicapai cukup cepat," kata Kiener.
Secara historis, Kiener melihat harga emas akan naik sebanyak 7 sampai 8 kali lipat dari level bottom.
"Jika anda melihat struktur bottom di US$ 1.050/troy ons, di kali tujuh, maka target harga emas selanjutnya US$ 8.000/troy ons," katanya.
Untuk diketahui, level bottom emas yang dimaksud tersebut terjadi pada Desember 2015.
Menurut Kiener yang membuat emas menjadi menarik adalah return yang dihasilkan emas lebih tinggi dalam 12 bulan ke depan ketimbang obligasi (Treasury) AS.
Yield Treasury AS saat ini berada di kisaran 0,5%, tentunya sangat rendah ketimbang kenaikan harga emas di tahun ini, dan potensi ke depannya, seandainya melesat lebih tinggi lagi ke US$ 3.500/troy ons misalnya.
Sejauh ini, ramalan terekstrem emas masih dipegang oleh Dan Olivier, pendiri Myrmikan Capital, yang memprediksi emas akan mencapai US$ 10.000/troy ons.
Ia melihat kebijakan QE The Fed menjadi pemicu harga emas terbang sangat tinggi.
"The Fed, seperti yang ada ketahui, melakukan aksi pembelian aset yang masif akibat situasi yang disebabkan virus corona, oleh karena itu harga ekuilibrium emas juga naik dengan sepadan, harga emas yang seimbang dengan balance sheet The Fed kini sangat tinggi," kata Olivier, sebagaimana dilansir Kitco, beberapa waktu lalu.
Nilai aset yang dibeli The Fed bisa dilihat dari Balance Sheet. Semakin banyak jumlah aset yang dibeli, maka Balance Sheet The Fed akan semakin besar.
Pada periode 2008-2014 saat The Fed melakukan QE untuk guna memacu perekonomian akibat krisis finansial, nilai Balance Sheet The Fed mencapai US$ 4,5 triliun.
Kini, kebijakan yang sama diterapkan oleh The Fed, sang ketua Jerome Powell bahkan mengatakan akan melakukan QE berapa pun nilainya selama diperlukan oleh perekonomian. Saat ini, Balance Sheet The Fed sudah mencapai US$ 7,14 triliun, dan kemungkinan masih akan terus meningkat.
"Perkiraan saya sudah berubah, saya sekarang melihat harga emas bisa ke US$ 10.000/troy ons," tambahnya.
Sayangnya, Olivier tidak menyebutkan dalam rentang waktu berada lama emas akan mencapai level US$ 10.000/troy ons.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]