
Asia hingga Eropa Resesi, Harga Emas Siap Cetak Rekor Lagi?

Dengan semakin banyaknya negara yang masuk ke jurang resesi, harga emas justru melemah pada hari ini. Penyebab pelemahan emas pada hari ini kemungkinan besar adalah aksi profit taking, maklum saja sepanjang bulan Juli hingga Rabu kemarin emas sudah melesat lebih dari 10%, sementara sejak awal tahun nyaris 30% jadi wajar investor tergiur mencairkan cuan.
Selain itu, investor juga sudah price in atau menakar terjadinya resesi di berbagai negara jauh-jauh hari sebelumnya. Saat virus corona menyebar ke berbagai negara dan kebijakan lockdown diterapkan, saat itu juga resesi sudah masuk dalam hitungan.
Tetapi, emas punya "bahan bakar" lainnya untuk menguat yakni kebijakan moneter ultra longgar dari bank sentral di seluruh dunia.
Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dini hari tadi mengumumkan kebijakan moneternya. Sesuai prediksi banyak analis, Ketua The Fed, Jerome Powell mempertahankan suku bunga acuan 0 - 0,25%, dan kebijakan pembelian aset (quantitative easing/QE) selama diperlukan guna membangkitkan perekonomian AS.
Powell saat mengumumkan kebijakan moneter dini hari tadi juga menyatakan terus meningkatnya kasus Covid-19 di AS membuat pemulihan ekonomi berjalan lambat.
Artinya, kebijakan suku bunga rendah dan QE akan ditahan cukup lama, mengingat perekonomian AS masih jauh dari kata bangkit. The Fed melihat perekonomian sudah mulai pulih, tetapi masih sangat jauh dari level sebelum virus corona menyerang dunia.
Semakin lama The Fed mempertahankan kebijakan suku bunga rendah serta QE, maka emas masih akan tetap memiliki "bahan bakar" untuk menguat. Bank sentral lainnya juga melakukan hal yang sama, tetapi The Fed yang menjadi patokan, karena kebijakannya yang mempengaruhi nilai tukar dolar AS.
Jika melihat belakangan ini, emas yang melesat hingga mencapai rekor tertinggi sebenarnya disebabkan oleh ambrolnya indeks dolar AS.
Emas dunia dibanderol dengan mata uang Paman Sam, kala nilainya melemah maka harga emas akan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, permintaannya pun akan meningkat dan harganya melesat.
Indeks dolar pada hari ini juga bangkit setelah nyungsep ke level terendah sejak Juni 2018 Rabu kemarin. Hingga sore ini, indeks dolar menguat 0,12% ke 93,568.
(pap/pap)