Gegara Corona, HERO Catat Rugi Semester I Rp 202 M

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
30 July 2020 09:30
Hero Supermarket
Foto: Hero Supermarket (detikFoto/Ari Saputra)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten ritel, PT Hero Supermarket Tbk (HERO) mencatatkan penurunan kinerja yang sangat signifikan pada periode semester pertama tahun ini. Perseroan kini mencatatkan rugi bersih Rp 202 miliar, lebih dalam dibanding periode yang sama tahun lalu yang masih mencatatkan laba Rp 8 miliar. 

Berdasarkan data laporan keuangan, dari pos pendapatan, emiten dengan kode saham HERO ini mencatatkan penurunan sebesar 25,7% dari sebelumnya Rp 6,67 triliun menjadi Rp 4,95 triliun.

Adapun, laba kotor perseroan turun 30,3% menjadi Rp 1,27 triliun dari periode yang sama di tahun sebelumnya Rp 1,83 triliun. Penurunan ini menyebabkan rugi per saham turun cukup dalam menjadi minus Rp 48 dari sebelumnya Rp 2 per saham.

Presiden Direktur Hero Group, Patrik Lindvall mengatakan, perseroan menghadapi tantangan yang signifikan pada semester pertama 2020 sebagai akibat dari beragam pembatasan terkait Covid-19 dan perubahan pola belanja pelanggan.

"Kinerja keseluruhan PT Hero selama semester pertama secara signifikan terdampak oleh pandemi COVID-19 yang mempengaruhi pola belanja pelanggan dan operasional toko di bisnis Guardian, IKEA dan Groseri," kata Patrick, dalam keterangan pers, Kamis (30/7/2020).

Guardian Health & Beauty membukukan penjualan yang solid dan pertumbuhan laba underlying pada kuartal pertama, tetapi kinerja kuartal kedua dipengaruhi oleh pembatasan terkait pandemi di Indonesia yang membatasi akses pelanggan ke toko.

Pendapatan perabot rumah tangga IKEA tumbuh tiga digit didukung oleh kinerja e-commerce yang solid tetapi juga terkena dampak negatif dari penutupan toko sementara pada semester pertama. Dampak pandemi telah memperlambat proses pembangunan dan dapat menunda pembukaan gerai IKEA baru hingga 2021.

Adapun, bisnis ritel toko Groseri PT Hero perusahaan secara signifikan dipengaruhi oleh pandemi, dengan pembatasan yang mengarah pada perubahan signifikan pola belanja pelanggan dan permintaan produk.

Dampak paling signifikan berasal dari perubahan pola belanja pelanggan yang kini hanya berfokus pada belanja kebutuhan pokok disebabkan oleh pendapatan lebih rendah serta kenaikan harga barang di semester pertama.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article SP Sebut Giant PHK 7.000 Karyawan, Ini Rencana Baru HERO!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular