
Rupiah Reli 7 Hari Beruntun, Meski Menguat Cuma 0,07%

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali menguat dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (29/7/2020) meski tipis.
Perjalanan rupiah hari ini tidak mudah setelah tertahan di zona merah cukup lama. Dengan penguatan hari ini, rupiah memperpanjang reli menjadi 7 hari beruntun.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,21% di Rp 14.450/US$, sayangnya level tersebut menjadi yang terkuat intraday hingga saat ini. Artinya, setelah mencapai level tersebut, rupiah memangkas pelemahan hingga akhirnya berbalik melemah 0,28% ke Rp 14.520/US$.
Nyaris sepanjang perdagangan dihabiskan rupiah di zona merah, sebelum berbalik menguat tipis 0,07% ke Rp 14.470/US$ di pasar spot.
Semua mata uang utama Asia menguat hari ini, bahkan beberapa cukup signifikan. Rupiah yang lama tertahan di zona merah menunjukkan posisinya yang cukup rentan.
Mata uang terbaik Asia hari ini jatuh kepada won Korea Selatan yang menguat 0,58%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 15:10 WIB.
Rentannya posisi rupiah terjadi akibat investor melakukan aksi "buang" rupiah, yang terlihat dari survei 2 mingguan Reuters.
Hasil survei yang dirilis pada Kamis (23/7/2020), menunjukkan angka 0,61 naik 2 kali lipat lebih dari hasil survei sebelumnya 0,26. Artinya investor menambah posisi jual (short) rupiah, padahal 4 pekan sebelumnya masih mengambil posisi beli (long), dengan angka survei -0,05 (kolom merah tabel di bawah).
Kabar buruknya lagi, hasil survei Reuters menunjukkan investor mengambil posisi beli (long) terhadap mayoritas mata uang utama Asia. Selain rupiah, hanya baht Thailand yang "dibuang".
Survei dari Reuters tersebut menggunakan rentang -3 sampai 3. Angka positif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) terhadap dolar AS dan jual (short) terhadap rupiah, begitu juga sebaliknya.
Survei yang dilakukan Reuters tersebut konsisten dengan pergerakan di tahun ini. Pada bulan Maret lalu, ketika rupiah mengalami gejolak, investor mengambil posisi jual (short) rupiah, dengan angka survei yang dirilis Reuters sebesar 1,57. Semakin tinggi nilai positif, semakin besar posisi short rupiah yang diambil investor.
Memasuki bulan April, rupiah perlahan menguat dan hasil survei Reuters menunjukkan posisi short rupiah semakin berkurang, hingga akhirnya investor mengambil posisi long mulai pada 28 Mei lalu. Alhasil rupiah membukukan penguatan lebih dari 15% sejak awal April hingga awal Juni.
Kini investor kembali melakukan aksi "buang" rupiah dalam 2 survei terakhir, sehingga bisa menjadi warning bagi Mata Uang Garuda.
