
Bakal Dibikinin Papan Khusus, Yuk Kenalan dengan Saham Gocap!

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham gocap, julukan ini muncul untuk saham-saham yang sudah jatuh ke level terendahnya yaitu Rp 50/saham.
Jatuhnya saham ke level gocap biasanya dikarenakan oleh beberapa hal seperti buruknya kinerja atau munculnya kasus pada emiten tersebut atau tekanan jual yang terlalu tinggi di pasar akibat munculnya sentimen negatif baik di sektor tersebut ataupun pasar saham secara umum.
Akibat penurunan harga saham ke level gocap, maka praktis investor akan kesulitan menjual sahamnya karena ketika jatuh ke level terendahnya, biasanya saham tersebut tidak lagi likuid.
Hal inilah yang menginisiasi Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mempersiapkan papan perdagangan baru untuk saham-saham yang tak likuid perdagangannya atau bahkan sudah menyentuh harga terbawah alias saham gocap.
Pengembangan papan ini akan dilakukan bertahap dan akan dimulai di tahun ini. Rencananya papan ini akan menggunakan sistem perdagangan periodic call auction (lelang) seperti saham LQ45 dahulu ketika pre-opening.
Hal ini tentu akan mempermudah perdagangan saham gocap karena sekarang ini, saham gocap biasanya hanya aktif diperdagangkan di pasar negosiasi karena pada pasar ini harga diperbolehkan turun di bawah Rp 50/unit.
Saham gocap sendiri bisa dianalogikan seperti durian karena sama seperti buah berbau tajam ini biasanya ada 2 jenis investor, satunya sangat menyukai saham gocap, sisanya sangat anti terhadap saham gocap.
Penurunan harga suatu saham ke harga gocap sendiri mengimplikasikan bahwa investor menganggap nilai wajar perusahaan tersebut berada di bawah angka 50.
Sudah pasti jelek?
Sebenarnya tidak semua saham gocap jelek, masih ada saham gocap yang berfundamental lumayan hanya saja perusahaan tersebut sedang terkena kasus sehingga prospek usaha ke depan perusahaan tersebut tidak menentu.
Karena hal inilah terdapat investor yang doyan terhadap saham gocap, dimana mereka biasanya mengkoleksi saham tersebut di pasar negosiasi dan ketika fundamental perusahaan kembali membaik atau kasus berhasil terlewati dan harga sahamnya naik kembali, maka investor tersebut bisa untung besar.
Bayangkan apabila anda membeli saham gocap di pasar nego di harga Rp 25/saham, secara teknis pada portofolio anda langsung memiliki floating profit sebesar 100% meskipun tentunya anda akan kesulitan menjual saham tersebut di tengah antrean yang membludak di harga Rp 50/saham.
Akan tetapi di tengah potensi keuntungan yang jumbo ini tentunya ada pula potensi kerugian yang besar pula.
Memilih saham berfundamental ciamik yang berharga gocap seperti mencari jarum di tengah jerami, karena tentunya apabila perusahaan tersebut berfundamental oke maka akan menciptakan demand dari para investor sehingga sahamnya akan sulit jatuh ke level gocap.
Ada pula saham gocap yang secara fundamental baik, namun emiten saham tersebut memiliki sejarah kelam bahwa perusahaan tersebut pernah kedapatan memodifikasi laporan keuangan agar terlihat lebih baik, sehingga sebenarnya fundamental perusahaan tersebut masih dipertanyakan.
Selain itu ada juga potensi kerugian akibat delisting dari BEI. Apabila saham sudah diam di level gocap selama 2 tahun ataupun sudah tidak beroperasi lagi, maka BEI akan mempertimbangkan untung menghapus pencatatan saham tersebut.
Ketika suatu emiten terkena delisting maka saham anda yang sebelumnya berbentuk elektronik bisa dikonversikan ke dalam bentuk warkat.
Singkatnya ketika kondisi ini terjadi anda bisa dikatakan rugi 100%, alias uang yang anda investasikan di saham gocap tersebut hilang seluruhnya, memang perusahaan tersebut masih ada kemungkinan re-listing apabila masih beroperasi akan tetapi kemungkinan ini tentunya sangat-sangat kecil sekali.
Berbeda dengan kepercayaan para investor yang menganggap saham gocap tidak bisa turun lagi harganya, sebenarnya saham gocap harganya masih bisa turun. Secara teknis memang harganya tidak bisa turun karena penentuan harga terendah di pasar reguler menurut BEI adalah Rp 50/saham.
Akan tetapi yang banyak terjadi di pasar ketika saham suatu perusahaan sudah menyentuh level gocap, emiten memutuskan untuk melakukan reverse stock split sehingga saham tersebut naik lagi dari level gocap sehingga bisa kembali turun. Inilah yang menyebabkan investor tetap memiliki potensi capital loss jika membeli saham gocap.
Hal inilah yang menyebabkan saham-saham gocap tidak cocok dibeli oleh para investor yang memiliki tingkat toleransi risiko yang rendah, saham gocap lebih cocok dikoleksi oleh investor yang memiliki toleransi resiko yang tinggi yang siap meraup untung ratusan persen.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
