Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Harga emas dunia terbang tinggi, dalam 2 hari terakhir memecahkan rekor termahal sepanjang sejarah. Rekor termahal sepanjang masa sebelumnya US$ 1.920.3/troy ons bertahan nyaris satu dekade lamanya, dicapai pada 6 September 2011.
Rekor tersebut akhirnya pecah di awal pekan ini, harga emas melesat ke US$ 1.945,16/troy ons. Kemarin, rekor tersebut pecah lagi, logam mulia ini melesat nyaris 2% ke US$ 1.980,56/troy ons di pagi hari, level tersebut kini menjadi rekor tertinggi sepanjang masa.
Indeks dolar AS yang ambrol menjadi salah satu pemicu kenaikan harga emas dunia. Kemarin pagi, indeks dolar AS berada di kisaran 93,493. Level tersebut merupakan yang terendah dalam 2 tahun terakhir atau sejak sejak Juni 2018.
Indeks ini dibentuk dari 6 mata uang, euro, yen, poundsterling, dolar Kanada, franc Swiss, dan krona Swedia, tetapi juga menjadi indikator kekuatan dolar AS terhadap mata uang lainnya. Sehingga ketika indeks dolar AS menurun, harga emas dunia akan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, permintaannya pun berpotensi meningkat.
Sebelum mencetak rekor tertinggi sepanjang masa, permintaan emas memang sudah meningkat tajam dari "konsumen" terbesarnya, yakni bank sentral di berbagai negara. Tidak sekedar meningkat, bisa dikatakan bank sentral di dunia ini melakukan aksi "borong" emas.
Berdasarkan survei Central Bank Gold Reserve (CBGR) tahun 2020 yang dirilis oleh World Gold Council pada Mei lalu, bank sentral di seluruh dunia memborong emas sebanyak 650 ton pada tahun 2019. Pembelian tersebut merupakan yang terbesar kedua sepanjang sejarah.
Aksi borong terbesar terjadi pada 2018, saat itu bank sentral di dunia melakukan pembelian emas sebanyak 656 ton. Bahkan, jika melihat lebih ke belakang, aksi beli sudah terjadi sejak tahun 2010, sebelumnya bank sentral selalu menjual emas yang dimiliki.
 Sumber: World Gold Council, Refinitiv GFMS, Metals Focus |
Dalam survei terbaru tersebut, sebanyak 20% dari 183 bank sentral mengatakan akan melakukan pembelian emas dalam 12 bulan ke depan. Persentase tersebut naik signifikan ketimbang hasil survei tahun 2019 yang hanya 8%.
Ada beberapa alasan kenapa bank sentral masih akan memborong emas, yang pertama karena penerapan suku bunga negatif di beberapa negara.
Suku bunga negatif membuat emas menjadi menarik karena opportunity cost yang menjadi rendah, serta ada risiko kenaikan inflasi, emas merupakan aset lindung nilai terhadap kenaikan harga tersebut.
Suku bunga negatif atau rendah masih akan diterapkan banyak bank sentral dalam waktu yang agak lama akibat kemerosotan ekonomi karena pandemi penyakit virus corona (Covid-19).
Faktor lainnya yakni kinerja kinclong emas saat krisis melanda dunia. Di tahun 2008, ketika terjadi krisis finansial global, harga emas terus menanjak hingga ke rekor tertinggi pada September 2019.
Saat ini, emas sepertinya masih akan terus melesat naik dan mencetak rekor tertinggi, mengulang periode 2008-2011.
Ibarat di atas langit masih ada langit, banyak analis memprediksi emas akan terus terbang tinggi.
Ramalan terbaru setelah emas mencetak rekor datang dari Barry Dawes, dari Martin Place Securities, dalam 2 tahun ke depan harga emas disebut akan mencapai US$ 3.500/troy ons.
"Terlihat sangat signifikan seberapa cepat emas melewati US$ 1.923 yang merupakan rekor sebelumnya. Fakta lainnya, emas sangat mudah melewati level US$ 1.800" kata Dawes sebagaimana dilansir CNBC International.
"Yang ingin saya katakan, ini adalah pasar yang sangat, sangat kuat. Saya melihat emas akan mencapai US$ 3.500/troy ons dalam waktu 2 tahun ke depan" tambahnya.
Sementara itu, Garth Bregman dari BNP Paribas Wealth Management memprediksi harga emas akan berkonsolidasi terlebih dahulu di sekitar US$ 2.000/troy ons, sebelum kembali melesat.
"Kami tidak melihat katalis yang akan menghentikan penguatan harga emas dalam jangka pendek. Faktanya, faktor-faktor yang membuat emas melesat ke rekor tertinggi masih tetap ada," kata Bregman, sebagaimana dilansir CNBC International.
Analis lainnya, Jurge Kiener dari Swiss Asia Capital bahkan lebih bullish lagi, secara teknikal ia melihat ada peluang emas mencapai US$ 8.000/troy ons.
"Jika anda melihat secara teknikal, anda akan dapat mengambil gap dari level bottom ke top, sehingga target penguatan ke US$ 2.834/troy ons, dan itu merupakan target awal yang akan dicapai cukup cepat," kata Kiener.
Secara historis, Kiener melihat harga emas akan naik sebanyak 7 sampai 8 kali lipat dari level bottom.
"Jika anda melihat struktur bottom di US$ 1.050/troy ons, di kali tujuh, maka target harga emas selanjutnya US$ 8.000/troy ons," katanya.
Untuk diketahui, level bottom emas yang dimaksud tersebut terjadi pada Desember 2015.
Menurut Kiener yang membuat emas menjadi menarik adalah return yang dihasilkan emas lebih tinggi dalam 12 bulan ke depan ketimbang obligasi (Treasury) AS.
Yield Treasury AS saat ini berada di kisaran 0,61%, tentunya sangat rendah ketimbang kenaikan harga emas di tahun ini, dan potensi ke depannya, seandainya melesat lebih tinggi lagi ke US$ 3.500/troy ons misalnya.
Tetapi sejauh ini, ramalan terekstrim emas masih dipegang oleh Dan Olivier, pendiri Myrmikan Capital, yang memprediksi emas akan mencapai US$ 10.000/troy ons.
Ia melihat kebijakan pembelian aset (quantitative easing/QE) bank sentral AS (The Fed) menjadi pemicu harga emas terbang sangat tinggi.
"The Fed, seperti yang ada ketahui, melakukan aksi pembelian aset yang masif akibat situasi yang disebabkan virus corona, oleh karena itu harga ekuilibrium emas juga naik dengan sepadan, harga emas yang seimbang dengan balance sheet The Fed kini sangat tinggi," kata Olivier, sebagaimana dilansir Kitco.
Nilai aset yang dibeli The Fed bisa dilihat dari Balance Sheet. Semakin banyak jumlah aset yang dibeli, maka Balance Sheet The Fed akan semakin besar.
Pada periode 2008-2014 saat The Fed melakukan QE untuk guna memacu perekonomian akibat krisis finansial, nilai Balance Sheet The Fed mencapai US$ 4,5 triliun.
Kini, kebijakan yang sama diterapkan oleh The Fed, sang ketua Jerome Powell bahkan mengatakan akan melakukan QE berapa pun nilainya selama diperlukan oleh perekonomian. Saat ini, Balance Sheet The Fed sudah mencapai US$ 7,14 triliun, dan kemungkinan masih akan terus meningkat.
"Perkiraan saya sudah berubah, saya sekarang melihat harga emas bisa ke US$ 10.000/troy ons," tambahnya.
Sayangnya, Olivier tidak menyebutkan dalam rentang waktu berada lama emas akan mencapai level US$ 10.000/troy ons.
TIM RISET CNBC INDONESIA