
Sentimen Campur Aduk, Harga Obligasi RI Bergerak Variatif

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia hari ini, Selasa (28/7/2020) bergerak variatif di tengah beragam sentimen dari ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dengan China hingga perkembangan seputar kandidat vaksin Covid-19.
Sentimen pasar masih terpantau tarik ulur bak 'layangan', apalagi meningkatnya ketegangan antara AS-China kembali muncul setelah AS meminta Beijing untuk menutup kantor konsulat diplomatiknya di Houston.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin sebelumnya mengingatkan akan ada balasan setimpal jika aksi itu tak dikoreksi.
Selain itu, sentimen diimbangi dengan kabar seputar kandidat vaksin corona dari China yang telah tiba di Indonesia dan sedang dalam uji klinis tahap ketiga oleh Bio Farma. Jika berjalan sesuai ekspektasi, PT Bio Farma akan memproduksi vaksin tersebut dengan kapasitas sebanyak 100 juta dosis per tahun.
Semakin cepat vaksin diproduksi maka semakin cepat pula roda perekonomian kembali berputar, sehingga pelaku pasar lebih optimis dan mau mengalirkan dananya ke pasar keuangan Tanah Air.
Selain itu, pemerintah juga menggelontorkan stimulus sebanyak mungkin untuk mengangkat daya beli dan konsumsi masyarakat. Pendekatan Modern Money Theory atau Teori Moneter Modern tampaknya menjadi pilihan.
Data Refinitiv menunjukkan penguatan harga surat utang negara (SUN) tercermin dari dua seri acuan (benchmark). Kedua seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun dan FR0080 bertenor 15 tahun, sedangkan FR0082 bertenor 10 tahun dan FR0083 bertenor 20 tahun justru mengalami pelemahan.
Seri acuan yang paling menguat hari ini adalah FR0080 yang bertenor 15 dengan penurunan yield 1,90 basis poin (bps) menjadi 7,342%, sementara yang paling melemah adalah seri FR0083 yang bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 1,60 bps. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Perbandingan Yield SBN RI 28 Juli 2020
Yield Obligasi Negara Acuan 28 Juli'20 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 27 Juli'20 (%) | Yield 28 Juli'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 28 Juli'20 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 6.051 | 6.04 | -1.10 | 5.9358 |
FR0082 | 10 tahun | 6.866 | 6.87 | 0.40 | 6.8028 |
FR0080 | 15 tahun | 7.361 | 7.342 | -1.90 | 7.2279 |
FR0083 | 20 tahun | 7.440 | 7.456 | 1.60 | 7.3915 |
Sumber: Refinitiv
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) yang juga terpantau menguat. Indeks tersebut naik 0,53 poin atau 0,19% menjadi 285,97 dari posisi kemarin 285,44.
Penguatan di pasar surat utang hari ini senada dengan penguatan rupiah di pasar valas. Pada hari Selasa ini (28/7/2020), Rupiah menguat 0,07% dari penutupan sebelumnya. Kini US$ 1 dibanderol Rp 14.480/US$ di pasar spot.
Hal tersebut mencerminkan bahwa investor global masih ragu-ragu atau cenderung wait and see untuk masuk ke aset pendapatan tetap (fixed income) ini karena tensi perang dagang AS-China yang semakin meninggi dan juga lonjakan terinfeksi Covid-19 yang masih menghantui.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Asing Mulai Masuk Obligasi RI, Setelah Sempat Keluar Rp 114 T