Sudah Naik Tinggi, Saatnya Harga CPO Selow Dulu

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
21 July 2020 12:02
Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). Badan Pusat Statistik BPS  mengumumkan neraca Perdagangan (Ekspor-impor) Pada bulan Februari, nilai ekspor mencapai US$ 12,53 miliar, atau turun 11,33% dari tahun sebelumnya (YoY). Nilai ekspor minyak sawit sepanjang Januari-Februari 2019 hanya mencapai US$ 2,94 miliar, yang artinya turun 15,06% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak sawit mentah (CPO) Negeri Jiran hari ini, Selasa (21/7/2020) melemah setelah membukukan reli sejak pekan lalu. 

Pada 11.00 WIB harga CPO kontrak pengiriman Oktober di Bursa Malaysia Derivatif mengalami koreksi 0,75% ke RM 2.641/ton. Koreksi harga justru terjadi ketika sentimen sedang positif menyusul hasil uji klinis kandidat vaksin yang menjanjikan.

Sejak akhir Juni 2020, harga CPO cenderung mengalami tren naik. Koreksi hari ini lebih mencerminkan karena pelaku pasar tergoda untuk mencairkan cuan yang sudah didapatkan (profit taking).

Sejatinya harga CPO masih berpotensi naik seiring dengan perbaikan fundamental. Dari sisi permintaan, kembali digebernya ekonomi China menjadi faktor positif yang mampu mengerek permintaan. 

Menurut survei yang dilakukan oleh perusahaan kargo, ekspor Negeri Jiran pada periode 1-20 Juli turun 3,5% - 4,6%. Penurunan yang lebih rendah dari bulan lalu menunjukkan bahwa permintaan masih relatif terjaga. 

"Penurunan yang lebih rendah adalah tanda yang baik bahwa permintaan masih relatif tinggi dari bulan Juni" kata seorang trader yang berbasis di Kuala Lumpur kepada Reuters.

Ekspor Malaysia bulan lalu naik hingga 25% dibanding Mei seiring dengan pembukaan kembali ekonomi pasca lockdown ketat untuk menekan penyebaran kasus infeksi virus corona. 

Sementara dari sisi pasokan, ada ancaman yang membayangi suplai terutama banjir yang melanda Indonesia dan Malaysia. Fenomena alam ini ditakutkan memicu terjadinya disrupsi panen. 

Menurut Asosiasi Minyak Sawit Malaysia (MPOA) cuaca yang buruk serta kurangnya pekerja di sektor perkebunan membuat output di bulan Juli diperkirakan akan lebih rendah 25%. 

Asosiasi minyak sawit nasional mengatakan industri ini tengah membutuhkan 36.000 pekerja sebelum wabah Covid-19 merebak dan pembatasan perjalanan terkait diberlakukan. Pembatasan itu diperkirakan akan tetap dilakukan setidaknya Desember dan turut memperburuk kondisi yang dihadapi oleh industri.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga CPO & Emas Kompak Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular