
Warren Buffett Cs Pilih Pegang Tunai, Tanda Keruntuhan Pasar?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sikap para crazy rich, seperti Warren Buffett, yang menahan diri masuk ke pasar saham dan memilih memegang dana tunai menjadi sinyal keruntuhan pasar keuangan dunia. Para taipan yang dijuluki Greatest Of All Time (GOAT) atau investor kakap ini menjadi penyebab keruntuhan tersebut.
Dalam situasi pasar keuangan dunia seperti sekarang ini, Warren Buffett dinilai seharusnya menyebar uang tunai ke pasar keuangan yang sedang terkoreksi dalam, tetapi kenyataan itu tidak dilakukannya.
Tulisan ini diunggah di yahoofinance yang disadur dari The Motley Fool.
Dalam tulisan itu, disebutkan, banyak orang mulai menilai ada keanehan pada Buffett yang mulai kehilangan hasrat untuk masuk ke pasar keuangan pada 2020. Padahal konglomerat punya US$ 137 miliar atau Rp 1.971 triliun uang yang disimpan dalam peti harta karunnya.
Terbaru, deal raksasa di saat pandemi yang dilakukan oleh Buffett awal bulan ini yakni terjadi ketika Berkshire Hathaway, perusahaan investasinya, membeli aset transmisi dan penyimpanan gas Dominion Energy sebesar US$ 9,7 miliar.
Halusinasi Pasar
Rupanya ada hal yang membuat Buffett menahan diri untuk masuk ke pasar keuangan saat ini, mengingat banyak orang tinggal di rumah karena COVID-19 dan bermain pasar saham. Para amatiran ini membuat Buffett berpikir market tak sehat karena banyak yang berspekulasi, sesuatu yang tidak ia sukai. Para pedagang saham harian ini banyak membeli saham perusahaan-perusahaan yang tertekan.
Boom nilai perdagangan harian di bursa saat ini memiliki kemiripan dengan gelembung dotcom yang terjadi pada awal 2000. Buffett mengatakan bahwa investor fokus "bukan pada apa yang akan dihasilkan oleh aset, melainkan pada apa yang akan dibayarkan oleh orang berikutnya."
Gelembung Pecah
Hal yang sama diperlihatkan oleh pemilik klub NBA dan waralaba Dallas Mavericks, Mark Cuban. Dia membagikan apa yang dirasakan Buffett tersebut. Dia percaya reli pasar saham yang terengah-engah akan berakhir setelah besarnya kehancuran pandemi diketahui. Trader harian menghasilkan uang dengan berpikir bahwa mereka jenius di pasar saham yang sedang naik atau bullish.
Howard Marks, investor miliarder lainnya dan CEO Oaktree Capital di AS, mengatakan orang membeli saham untuk bersenang-senang.
Jangan melihatnya sebagai permainan judi karena perdagangan saham yang dilakukan secara sembrono tidak sehat. Banyak yang berpikir selama era gelembung maraknya dotcom, itu adalah "strategi yang tidak dapat dilewatkan." Gelembung itu akhirnya pecah.
Saham Defensif
Pembelian aset Dominion Energy oleh Berkshire menunjukkan langkah Buffett ke arah saham-saham yang sektor diatur pemerintah, dan fokus pada saham-saham dengan pertumbuhan keberlanjutan.
Ada saham-saham sektor utilitas misalnya yang tercatat di Bursa Toronto (TSX) yang menjadi satu opsi investasi yang menarik.
Fortis (TSX: kode saham FTS) (NYSE/New York Stock Exchange: FTS) adalah pilihan utama jika investor ingin masuk ke sektor utilitas, kelistrikan. Selain itu, selama resesi, investor mencari saham defensif. Bisnis utilitas dinilai bisa bertahan dengan baik sejauh ini. Saham Fortis turun kurang dari 1% secara year to date. Sesuai arahan manajemen, dividen juga akan dibayarkan, akan meningkat 6% setiap tahun hingga 2024.
Kecenderungan Berjudi
Para miliarder mengingatkan adanya kecenderungan berjudi, bukan berinvestasi. Buffett, Kuba, dan Marks memperingatkan investor untuk tidak terbawa emosi. Sekarang bukan waktunya untuk berspekulasi karena pasar saat ini ibaratnya berdiri di atas es tipis. Siap-siap pecah dan membuat Anda tenggelam.
Ketika saham turun, itu akan memicu aksi jual besar-besaran karena orang akan menarik uang mereka dari pasar.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siapa Calon Suksesor Warren Buffett di Berkshire Hathaway?