Halo Pak Perry! Pelaku Pasar Minta Bunga Acuan 3,5%, Bisa?

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
13 July 2020 10:56
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengumumkan hasil rapat dewan gubernur Bulan Juni (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengumumkan hasil rapat dewan gubernur (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku pasar modal domestik berharap Bank Indonesia (BI) bisa menurunkan suku bunga acuan atau BI 7-Day RR hingga ke level 3,5% karena inflasi rendah.

Hal tersebut disampaikan oleh Head of Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana merespons kondisi ekonomi saat ini. Apalagi pelaku ekonomi domestik saat ini sedang membutuhkan pendanaan besar untuk memulihkan kinerja bisnis.

"Normalnya itu, suku bunga acuan 1%-1,5% di atas inflasi. Jadi idealnya itu, suku bunga kita saat ini sekitar 3,5%," kata Wawan saat wawancara dengan CNBC Indonesia, Senin (13/07/2020).

Saat ini, BI 7-Day RR berada pada level 4,25%. Sementara itu, inflasi Juni secara tahunan tercatat sebesar 1,96%.

Namun karena ada kebijakan burden sharing (skema pembagian beban) dari pemerintah dan BI, maka ada kemungkinan likuiditas akan membanjiri pasar. Ini akan memicu inflasi naik hingga 5%-6%.

"Kalau itu terjadi, suatu saat nanti bunga acuan BI akan dinaikkan. Bisa kembali ke 6%-7% (suku bunga acuan)".

Selain itu, terkait proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020, menurut Wawan, diprediksi negatif. Kebijakan pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejak Maret membuat aktivitas bisnis tidak ada yang ekspansif.

"Kalau pertumbuhan ekonomi di atas ekspektasi pasar maka akan menjadi katalis positif. Tapi kalau jauh dalam dari ekspektasi pasar maka itu akan menjadi katalis negatif (bagi IHSG)," kata Wawan.

Rilis kinerja keuangan kuartal II-2020 juga akan menjadi perhatian investor yang akan keluar pada minggu keempat Juli atau awal Agustus.

"Kinerja emiten di luar telekomunikasi, akan mengalami penurunan. beberapa sektor akan mengalami penurunan signifikan seperti properti, lalu consumer goods. Tapi mereka masih bisa bertahan," tambah Wawan.

Untuk emiten sektor ritel diperkirakan akan mengalami penurunan paling dalam. Demikian pula emiten dari sektor otomotif.


(hps/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gubernur BI: Kredit Perbankan Agustus Loyo, Cuma Naik 1,04%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular