Nasib Tiga Pilar Ditentukan Pekan Ini, Akankah Didepak Bursa?

Monica Wareza, CNBC Indonesia
02 July 2020 13:46
Tiga Pilar Sejahtera Food (CNBC Indonesia/Houtmand P. Saragih)
Foto: Tiga Pilar Sejahtera Food (CNBC Indonesia/Houtmand P. Saragih)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan ini Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal menentukan nasib PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) sebagai perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa. Pasalnya pada 5 Juli 2020 mendatang sudah genap 24 bulan saham AISA dihentikan perdagangannya alias suspensi.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan saat ini bursa masih melakukan peninjauan kembali poin-poin yang harus dilengkapi oleh perusahaan.

"Kita sedang review kelengkapan dokumen dan substansi informasinya," kata Yetna, Kamis (2/7/2020).

Beberapa waktu lalu bursa juga menyebutkan belum ada pertimbangan relaksasi yang akan diberikan kepada perusahaan ini. Pasalnya, masa suspensi saham AISA sudah mencapai batas waktu untuk dihapuskan pencatatannya (delisting) berdasarkan kebijakan bursa, yakni 24 bulan.

Sementara itu, dalam keterbukaan informasi yang disampaikan AISA kepada BEI pada Selasa (30/6/2020) lalu bahwa perusahaan telah memenuhi ketentuan penyampaian laporan keuangan.

Laporan keuangan yang disampaikan terdiri dari interim Juni, September dan full year 2018 serta interim Maret, Juni dan September 2019.

Perusahaan masih belum menyampaikan laporan keuangan full year 2019 yang masa penyampaiannya telah habis pada Mei 2020 lalu setelah diberikan relaksasi bursa akibat pandemi Covid-19 dan laporan keuangan Maret 2020.

Rencananya laporan keuangan ini akan disampaikan perusahaan pada akhir kuartal III-2020 nanti.

Untuk kewajiban finansial, perusahaan menyebutkan pada Selasa lalu telah memenuhi kewajibannya kepada bursa secara bertahap dan akan dipenuhi akhir tahun ini nanti.

"Telah dilunasi pada 30 Juni 2020. Dan untuk utang-utang yang tunduk pada Putusan Homologasi akan mengikuti jadwal pembayaran sesuai Putusan Homologasi yang sisanya akan dibayarkan pada 31 Desember 2020," tulis perusahaan.

Saat ini perusahaan terus melakukan upaya-upaya perbaikan kinerja dengan tetap melaksanakan aktivitas produksi dan penjualan terhadap seluruh produk dan mengembangkan jalur distribusi baru dan memperkuat jalur distribusi lama.

Selain itu perusahaan juga berencana untuk mengembangkan produk-produk baru yang inovatif dengan margin yang kompetitif dan melakukan efisiensi optimalisasi sumber daya.

Rencana aksi korporasi juga akan dilaksanakan untuk meningkatkan modal kerja dan membayar utang perusahaan.

Pada Rabu (24/6), perseroan baru merilis laporan keuangan per September 2019, sebagai upaya kepatuhan demi meminta BEI membuka kembali perdagangan saham perusahaan yang disuspensi sejak 30 Juli 2018.

Dalam laporan keuangan, perseroan mencatatkan pendapatan Rp 1,08 triliun, naik 11,23% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 970,93 miliar.

Sementara itu, perusahaan masih menderita rugi bersih per September 2019 yakni rugi bersih Rp 150,33 miliar, naik 27% dari sebelumnya rugi bersih Rp 118,51 miliar. Adapun beban pokok pendapatan naik menjadi Rp 759 miliar dari sebelumnya Rp 636,92 miliar.

Pada periode tersebut, saham Seri B AISA dipegang oleh BBH Luxembourg S/A Fidelity FD Sica V, FD FDS P 7,98%, JP Morgan Chase Bank Non Treaty Clients 9,33%, dan Trophy 2014 Investors Limited. 9,09%.

Sisanya dipegang Morgan Stanley & Co. LLC-Client Account 6,52%, Primanex Limited 5,38% dan investor publik 57,50%.

Perseroan untuk tetap mengunggah laporan- laporan keuangan AISA kepada Bursa dan segenap stakeholder termasuk pemegang saham perseroan yakni Laporan Keuangan Triwulan I 2018, Laporan Keuangan Tengah Tahunan 2018, Laporan Keuangan Triwulan III 2018, Laporan Keuangan Triwulan I 2019 dan Laporan Keuangan Triwulan III 2019.

"Besar harapan Perseroan bahwa dengan telah terpenuhinya kewajiban pelaporan terhadap laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Surat Bursa S-02407 ini, Bursa berkenan untuk mempertimbangkan mengakhiri suspensi perdagangan terhadap saham perseroan," kata Dirut AISA Lim Aun Seng dan Direktur AISA Ernest Alto, dalam suratnya.

"...dan [BEI] berkenan pula untuk mengeluarkan perseroan dari daftar perusahaan terbuka yang berada dalam potensi delisting [dikeluarkan dari papan perdagangan]," tulis keduanya.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mengagetkan! Terancam Didepak, Tiga Pilar Cetak Laba Rp 1,1 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular