
Mengagetkan! Terancam Didepak, Tiga Pilar Cetak Laba Rp 1,1 T

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) akhirnya merilis laporan keuangan audit per Desember 2019, setelah pada 24 Juni lalu juga sudah mengeluarkan laporan keuangan per September 2019 sebagai bentuk upaya dalam mematuhi ketentuan sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Hasil laporan keuangan itu pun mengagetkan mengingat laba bersih entitas induk AISA sepanjang 2019 menembus Rp 1,13 triliun, padahal di Desember 2018 produsen makanan ringan Taro ini masih merugi Rp 123,43 miliar. Tahun lalu, laporan keuangan AISA juga disajikan ulang alias restatement.
Berdasarkan laporan keuangan audit, yang disampaikan ke BEI, Kamis (2/7), pendapatan neto AISA turun 4,4% menjadi Rp 1,51 triliun dari tahun 2018 sebesar Rp 1,58 triliun.
Beban pokok penjualan berkurang menjadi Rp 1,06 triliun dari sebelumnya Rp 1,12 triliun.
Ada satu poin menarik dari melesatnya laba bersih ini. Jika dilihat dari lapkeu tersebut, AISA ternyata mendapatkan penghasilan lainnya sebesar Rp 1,9 trilun, dari sebelumnya penghasilan lainnya hanya Rp 18,11 miliar, sehingga membuat laba usaha perusahaan melonjak menjadi Rp 1,49 triliun dari rugi usaha Rp 9,25 miliar.
Pos penghasilan lain-lain di antaranya ada tiga penyumbang yakni pembalikan atas penurunan nilai piutang sebesar Rp 990 miliar, selisih nilai wajar restrukturisasi uytng obligasi dan sukuk ijarah Rp 903,34 miliar, dan pembalikan atas penurunan nilai persediaan neto Rp 6,88 miliar.
Dirut AISA Lim Aun Seng dan Direktur AISA Ernest Alto menjelaskan bahwa penyesuaian atas nilai wajar Obligasi, Sukuk I dan Suku II senilai Rp 1,08 triliun, diakibatkan oleh adanya restrukturisasi utang Obligasi. Suku Ijarah I dan Sukuk Ijarah II.
"Grup telah melakukan pengujian atas perubahan kontraktual dan menemukan perbedaan nilai wajar sebesar lebih dari 10% antara sebelum dan sesudah restrukturisasi atas utang obligasi dan suku ijarah," katanya, dalam surat yang diteken keduanya kepada BEI.
"...sehingga berdasarkan PSAK 55, hal ini masuk dalam kategori pengakhiran (extinguishment) atas liabilitas keuangan, sehingga selisih antara nilai wajar utang obligasi dan sukuk sebelum dan sesudah restrukturisasi dapat dicatat pada laba rugi."
Manajemen AISA menegaskan perseroan telah menerima hasil Audit yang dilakukan oleh KAP Amir Abadi Jusuf, Aryanto, Mawar & Rekan (RSM Indonesia) selaku Auditor Independen yang melakukan audit atas Laporan Keuangan Kper 31 Desember 2019 yang dalam laporannya telah menyatakan opini "Wajar Dengan Pengecualian".
Hanya saja, AISA memang tengah terancam diusir dari BEI. Pekan ini BEI bakal menentukan nasib AISA karena pada 5 Juli 2020 mendatang sudah genap 24 bulan saham AISA dihentikan perdagangannya alias suspensi.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan saat ini bursa masih melakukan peninjauan kembali poin-poin yang harus dilengkapi oleh perusahaan.
"Kita sedang review kelengkapan dokumen dan substansi informasinya," kata Yetna, Kamis (2/7/2020).
Beberapa waktu lalu bursa juga menyebutkan belum ada pertimbangan relaksasi yang akan diberikan kepada perusahaan ini. Pasalnya, masa suspensi saham AISA sudah mencapai batas waktu untuk dihapuskan pencatatannya (delisting) berdasarkan kebijakan bursa, yakni 24 bulan.
Sementara itu, dalam keterbukaan informasi yang disampaikan AISA kepada BEI pada Selasa (30/6/2020) lalu bahwa perusahaan telah memenuhi ketentuan penyampaian laporan keuangan.
Laporan keuangan yang disampaikan terdiri dari interim Juni, September dan full year 2018 serta interim Maret, Juni dan September 2019.
Perusahaan masih belum menyampaikan laporan keuangan full year 2019 yang masa penyampaiannya telah habis pada Mei 2020 lalu setelah diberikan relaksasi bursa akibat pandemi Covid-19 dan laporan keuangan Maret 2020.
Rencananya laporan keuangan ini akan disampaikan perusahaan pada akhir kuartal III-2020 nanti.
Untuk kewajiban finansial, perusahaan menyebutkan pada Selasa lalu telah memenuhi kewajibannya kepada bursa secara bertahap dan akan dipenuhi akhir tahun ini nanti.
(tas/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lapkeu Disclaimer, AISA Masih Berpotensi di Depak dari Bursa
