
Sedih, Kayaknya Rupiah Mau Melemah 5 Hari Beruntun...

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Jelang tengah hari nanti akan diumumkan data inflasi domestik, yang sepertinya semakin menegaskan bahwa konsumsi rumah tangga sedang bermasalah.
Pada Rabu (1/7/2020), US$ 1 dihargai Rp 14.170 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat tipis 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Namun itu tidak lama karena sejurus kemudian rupiah masuk zona merah. Pada pukul 09:06 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.190 di mana rupiah melemah 0,07%.
Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan pelemahan tipis 0,07% di hadapan dolar AS. Namun itu membuat rupiah melemah selama empat hari perdagangan beruntun. Selama empat hari tersebut, depresiasi rupiah adalah 0,71%.
Jika hari ini rupiah melemah sampai 'lapak' ditutup, maka akan menjadi depresiasi kelima secara berturut-turut. Apa mau dikata, 'cuaca' memang agak kurang bersahabat.
Penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih menjadi faktor utama yang membuat pasar keuangan global tidak stabil. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh dunia per 30 Juni adalah 10.185.374 orang. Bertambah 163.973 orang (1,64%) dibandingkan sehari sebelumnya.
Namun yang menjadi perhatian utama pelaku pasar adalah lonjakan kasus di AS, negara dengan jumlah pasien positif corona terbanyak di kolong atmosfer. US Centers for Disease Control and Prevention melaporkan jumlah pasien positif corona per 30 Juni adalah 2.581.229 orang. Bertambah 35.979 orang (1,41%) dibandingkan sehari sebelumnya.
Kepala US National Institute of Allergy and Infectious Disease Anthony Fauci menyatakan, tambahan kasus corona di Negeri Paman Sam bisa mencapai 100.000 per hari jika situasi semakin tidak terkendali. "Jelas bahwa saat ini kita tidak bisa mengendalikannya," ujar Fauci, seperti dikutip dari Reuters.
Menurut Fauci, upaya pencegahan penularan virus corona tidak bisa dilakukan secara parsial. Harus ada langkah dalam level nasional.
"Kita tidak bisa hanya fokus ke wilayah yang terjadi lonjakan. Ini membuat seluruh negeri menjadi berisiko," tegasnya.
Sejumlah negara bagian yang sempat membuka kembali keran aktivitas masyarakat kini melakukan penutupan kembali (reclosing) gara-gara kenaikan kasus corona. Di Californa, Gubernur Gavin Newsom memerintahkan agar bar kembali ditutup karena dinilai menjadi penyebab penularan virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut.
Sementara Wali Kota Los Angeles Eric Garcetti mengumumkan bahwa bioskop, taman hiburan, dan tempat wisata lainnya kembali ditutup untuk sementara. Acara kembang api untuk memperingati hari kemerdekaan 4 Juli juga dilarang di Kota Para Malaikat itu.
Lonjakan kasus corona di AS dan negara-negara lain memunculkan kekhawatiran bahwa dunia tengah berhadapan dengan gelombang serangan kedua (second wave outbreak) virus corona. Ketika semakin banyak kota yang kembali menutup diri, maka prospek pemulihan ekonomi global menjadi buram. Tidak heran Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi proyeksi ekonomi dunia pada 2020 dari -3% menjadi -4,9%.
